Senin, 17 Juni 2013

ASUHAN KEPERAWATAN HEPATITIS




ASUHAN KEPERAWATAN
HEPATITIS

A.  PENGERTIAN
Hepatitis virus akut adalah penyakit infeksi yang penyebarannya luas, walaupun efek utamanya pada hati (Price & Willson, 2006).
Hepatitis virus akut adalah penyakit infeksi virus hepatotropik yang bersifat sistemik & akut (Mansjoer, dkk, 2000).
Hepatitis virus acut adalah penyakit infeksi virus hepatotropik yang bersifat sistemik dan acut (Kapita Selekta Kedokteran, 2000).
Hepatitis dapat didefinisikan sebagai penyakit peradangan hati acut meskipun istilah hepatitis sering digunakan dalam hubungamnya dengan hepatitis virus,penyakit ini dapat disebabkan keadaan toksik pada hati,virus dan bakteri (Barbara C Long, 1996).

B.  ETIOLOGI
Penyebab hepatitis adalah virus hepatitis yang dibagi menjadi:
1.    Hepatitis A, disebabkan oleh virus hepatitis A (HAV) yang merupakan virus RNA dari famili enterovirus yang berdiameter 27 nm.
2.    Hepatitis B, disebabkan oleh virus hepatitis B (HBV) yang merupakan virus DNA yang berkulit ganda yang berukuran 42 nm.
3.    Hepatitis C, disebabkan oleh virus hepatitis C (HCV) yang merupakan virus RNA kecil terbungkus lemak yang berdiameter sekitar 30 sampai 60 nm.
4.    Hepatitis D, disebabkan oleh virus hepatitis D (HDV) yang merupakan virus RNA detektif yang membutuhkan kehadiran hepatitis B yang berdiameter 35 nm.
5.    Hepatitis E, disebabkan oleh virus hepatitis E (HEV) yang merupakan virus RNA rantai tunggal yang tidak berselubung dan berdiameter kurang lebih 32 sampai 34 nm.
6.    Konsumsi alkohol yang berlebihan
7.    Reaksi atau efek samping dari obat-obatan, yaitu pemberian dosis berlebihan, misalnya  paracetamol, metylcostenon, aspirin, insoniasid, oksifenosatin.
8.     Penyakit autoimun hepar
Penyakit hepar yang disebabkan oleh autoimun adalah hepatitis lupoid yang banyak ditemukan pada wanita.  Hal ini  bisa diketahui melalui biopsy  hepar dan secara histologis ditandai dengan ditemukan gambaran hepatitis aktif dengan plasma dan bentuk rossete sel hepar.
9.    Penyakit Wilson
Merupakan kelainan autosomal resesif yang diturunkan.  Dimana tembaga di hepar dan  ganglion basal di otak, timbunan tembaga di hepar disebabkan hepatitis kronis.

C.  KLASIFIKASI
1.  Hepatitis A (Hepatitis Infeksiosa)
a.    Penyebab : Virus hepatitis A (HAV).
b.     Tanda dan gejala :
1)   Dapat terjadi dengan atau tanpa gejala : sakit mirip flu.
2)   Fase pra-ikterik : sakit kepala, malaise, patique, anoreksia, febris.
3)   Fase ikterik : Urine yang berwarna gelap, gejala ikterus pada sclera & kulit, nyeri tekan pada hati.
2.    Hepatitis B (Hepatitis Serum)
a.    Penyebab : Virus Hepatitis B (HBV).
b.    Tanda dan gejala : Dapat terjadi tanpa gejala, dapat timbul antralgia ruam.
3.    Hepatitis C (Hepatitis non- A, non-Ba)
a.    Penyebab : Virus hepatitis C (HCV).
b.    Tanda dan gejala : Serupa dengan HBV,  tidak begitu berat & anikterik.
4. Hepatitis D
a.    Penyebab : Virus hepatitis D.
b.    Tanda & gejala : Serupa dengan HBV.
5.    Hepatitis E
a.    Penyebab : virus hepatitis E (HEV).
b.    Tanda & gejala : Serupa dengan HAV, kecuali sangat berat pada wanita hamil.

D.  PATOFISIOLOGI
     Inflamasi yang menyebar pada hepar (hepatitis) dapat disebabkan oleh infeksi virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan dan bahan-bahan kimia. Unit fungsional dasar dari hepar disebut lobul dan unit ini unik karena memiliki suplai darah sendiri. Sering dengan berkembangnya inflamasi pada hepar, pola normal pada hepar terganggu. Gangguan terhadap suplai darah normal pada sel-sel hepar ini menyebabkan nekrosis dan kerusakan sel-sel hepar. Setelah lewat masanya, sel-sel hepar yang menjadi rusak dibuang dari tubuh oleh respon sistem imun dan digantikan oleh sel-sel hepar baru yang sehat. Oleh karenanya, sebagian besar klien yang mengalami hepatitis sembuh dengan fungsi hepar normal.
     Inflamasi pada hepar karena invasi virus akan menyebabkan peningkatan suhu badan dan peregangan kapsula hati yang memicu timbulnya perasaan tidak nyaman pada perut kuadran kanan atas. Hal ini dimanifestasikan dengan adanya rasa mual dan nyeri di ulu hati.
     Timbulnya ikterus karena kerusakan sel parenkim hati. Walaupun jumlah billirubin yang belum mengalami konjugasi masuk ke dalam hati tetap normal, tetapi karena adanya kerusakan sel hati dan duktuli empedu intrahepatik, maka terjadi kesukaran pengangkutan billirubin tersebut didalam hati. Selain itu juga terjadi kesulitan dalam hal konjugasi. Akibatnya billirubin tidak sempurna dikeluarkan melalui duktus hepatikus, karena terjadi retensi (akibat kerusakan sel ekskresi) dan regurgitasi pada duktuli, empedu belum mengalami konjugasi (bilirubin indirek), maupun bilirubin yang sudah mengalami konjugasi (bilirubin direk). Jadi ikterus yang timbul disini terutama disebabkan karena kesukaran dalam pengangkutan, konjugasi dan eksresi bilirubin.
     Tinja mengandung sedikit sterkobilin oleh karena itu tinja tampak pucat (abolis). Karena bilirubin konjugasi larut dalam air, maka bilirubin dapat dieksresi ke dalam kemih, sehingga menimbulkan bilirubin urine dan kemih berwarna gelap. Peningkatan kadar bilirubin terkonjugasi dapat disertai peningkatan garam-garam empedu dalam darah yang akan menimbulkan gatal-gatal pada ikterus.

E.  MANIFESTASI KLINIK
Menurut Price dan Wilson (1995) manifestasi klinik hepatitis ada 2 fase yaitu fase prodormal dan ikterus.  Gejala prodormal atau gejala awal timbulnya penyakit hepatitis dapat berlangsung selama satu minggu atau lebih sebelum timbul ikterus (meskipun tidak semua penyakit hepatitis mengalami ikterus).  Gambaran utama pada masa ini adalah malaise, rasa malas, anoreksia, sakit kepala demam derajat rendah, dan hilangnya nafsu makan.  Manifestasi ekstra hepatik dan hepatitis virus dapat menyerupai sindrom penyakit serfum, dan dapat disebabkan oleh kompleks imun yang beredar dalam sirkulasi.  Disamping itu dapat pula timbul perasaan tidak nyaman di kuadran  kanan atas, yang biasanya dihubungkan dengan peregangan kapsula hati.
Setelah fase prodomal berlanjut ke fase ikterus dan awitan  ikterus. Fase ini biasanya berlangsung 4-6 minggu. Selama fase ini, biasanya penderita merasa lebih sehat. Nafsu makan kembali dan demam mereda, sementara kemih menjadi  lebih gelap dan feses memucat.
Fase ikterus dikaitkan dengan hiperbilirubinemia, baik fraksi terkonjugasi maupun tidak terkonjugasi yang biasanya kurang dari 10mg/100ml. Kadar fosfatase akali serum biasanya normal atau sedikit meningkat.  Leukositosis ringan lazim ditemukan pada hepatitis virus, waktu protrombin dapat memanjang.
Pada kasus yang yang tidak berkomplikasi, penyembuhan dimulai 1 atau 2 minggu setelah awitan ikterus, dan berlangsung 2-6 minggu.  Mudah lelah merupakan keluhan yang sering diajukan.  Feses dengan cepat memperoleh warnanya kembali.  Ikterus berkurang dan warna kemih menjadi lebih muda.  Bila ada splenomegali, maka akan segera mengecil. Tetapi hepatomegali baru akan kembali normal setelah beberapa minggu kemudian. Temuan laboratorium dan hasil tes fungsi hati yang abnormal dapat selama 3 hingga 6 bulan.

Sedangkan manifestasi klinik hepatitis menurut Mansjoer (2000) dibagi menjadi stadium pra ikterus, stadium ikterus, stadium pasca ikherik, yaitu :
1.    Stadium pra ikterus
Berlangsung selam 4 hingga 7 hari, pasien biasanya mengeluh sakit kepala, lemah, anoreksia, mual, muntah, demam, nyeri perut kanan atas, urin menjadi coklat.
2.    Stadium ikterus
Berlangsung 3 hingga 6 minggu.  Ikterus mula-mula terluhat pada sklera, kemudian pada kulit seluruh tubuh.  Keluhan  dapat berkurang akan tetapi pasien masih merasa lemah, anoreksia dan muntah.  Tinja mungkin berwarna kelabu dan kuning muda. Hati membesar dan nyeri tekan.
3.    Stadium pasca ikterus (rekonvalensi)
Ikterus mereda, warna  urin tinja menjadi normal lagi.  Penyembuhan pada anak-anak lebih cepat dari orang dewasa, yaitu pada akhir bulan  kedua, karena penyebab yang biasanya berbeda.

F.   PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan pada klien dengan hepatitis dapat dilakukan dengan istirahat, diet, dan pengobatan medikamentosa.
1.    Istirahat. Pada periode akut dan keadaan lemah klien harus banyak istirahat karena dapat mempercepat proses penyembuhan.
2.    Diet. Jika pasien mual, napsu makan menurun atau muntah-muntah, sebaiknya diberikan infus. Jika tidak dapat diberikan makanan yang mengandung cukup kalori (30-35 kal/kg BB) dengan protein cukup (1 g/kg BB).
3.    Medikameentosa. Obat-obat yang dapat diberikan adalah: Kortikosteroid, dapat diberikan pada kolestasis yang berkepanjanganØ dimana transminase serum telah kembali normal. Pada keadaan ini dapat diberikan prednison 3 x 10 mg selama 7 hari.
4.    Vitamin K diberikan bila ada perdarahan.
5.    Berikan obat-obat yang bersifat melindungi hati.
6.    Golongan Antibiotik.

G. KOMPLIKASI
1.    Hepatitis Fulminan
yaitu suatu sindrom klinis akibat nekrosis masif sel-sel hati, sehingga terjadi gagal hati yang berat secara mendadak. Keadaan ini ditandai dengan ensefalopati yang progresif, hati menciut, bilirubin meningkat cepat, waktu pembekuan memanjang dan koma hepatikum
2.    Hepatitis kronik persisten
yaitu perjalanan penyakit yang mermanjang 4 – 8 bulan. Terjadi pada 5-10% pasien. Meskipun terlambat pasien-pasien hepatitis kronis persisten akan selalu sembuh kembali
3.    Hepatitis relaps
yaitu kekambuhan setelah serangan awal akibat minum alkohol atau aktivitas fisik berlebih. Ikterik biasanya tidak terlalu nyata. Tirah baring akan segera diikuti kesembuhan.
4.    Hepatitis kronik aktif (hepatitis agresif)
Kerusakan hati permanen berlanjut menjadi sirosis. Terapi kortikosteroid dapat memperlambat perluasan cedera hati tapi prognosis tetap buruk. Kematian biasanya terjadi dalam 5 tahun.
5.    Kanker hati (karsinoma hepato seluler)
Merupakan komplikasi lanjut yang cukup bermakna. Penyebab utamanya adalah infeksi HBV kronik  dan sirosis


H.  PENGKAJIAN FOKUS
1.    Demografi, meliputi:
a.    Nama pasien
b.    Umur
c.    Jenis kelamin
d.   Suku bangsa
e.    Pekerjaan
f.     Pendidikan
g.    Alamat
2.    Riwayat Penyakit
a.    Riwayat Kesehatan Sekarang
Biasanya ditandai dengan fatique (lemah) malaise, perut membesar kembuang mual, muntah nafsu makan menurun konstipasi diare / BB menurun.
Biasanya ada perubahan pada air seni.
b.    Riwayat Kesehatan Dahulu.
Adanya faktor keturunan pernah atau tidak sakit hepatitis, sakit jantung, minum alkohol, dll
c.    Riwayat Penyakit Sekarang.
Adanya faktor keturunan / riwayat keturunan dan salah satu anggota keluarganya yang terkena hepatitis.
3.    Pengkajian pola fungsi kesehatan
a.    Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat.
Bagaimana persepsi Klien tentang tata laksana hidup sehat.
b.    Pola nutrisi dan metabolik.
Pada hepatitis mengeluh nafsu makan menurun, mual, muntah.
c.    Pola eliminasi.
Eleminasi alvi : sukar BAB, diare.
Eleminasi urine : warna urine lebih kuning teh kecoklatan seperti teh (gelap).
d.   Pola istirahat tidur.
Pola istirahat periode akut dengan keadaan lemah, bangun tidur kepala sering pusing tidur nyenyak karena merasa mual, dan muntah. 
e.    Pola aktivitas dan latihan.
Badan terasa lemah, letih, dan kemampuan kerja menurun, hal ini disebabkan karena kurang tersedianya tenaga atau kalori dalamtubuh sebagai akibat adanya gangguan metabolisme.
f.     Pola persepsi dan konsep diri.
Pengaruh status kesehatan seperti mempengaruhi persepsi hidup sehat dan pengetahuan tentang keperawatan diri biasanya hygiene yang kurang, sedih, marah, dan depresi
g.    Pola sensori dan kognitif.
Sensori : merasa nyari terutama pada perut sebelah kanan atas.
Kognetif : proses berfikir.
h.    Pola produksi seksual.
Pola hubungan sexsualitasnya merasa ada gangguan mentruasi atau haid sedang pada laki-laki ada pengerutan testis.
i.      Pola hubungan dan peran.
Terjadinya perubahan peran yang dapat menggangu hubungan interpersonal yaitu Px merasa tidak berguna, menarik diri.
j.      Pola tata nilai dan kepercayaan.
Biasanya pada Px hepatitis timbul stress dalam spritual serta kebiasaan ibadahnya.
4.    Pemeriksaan Fisik
a.    Pemeriksaan Kepala dan Leher
Pada umumnya pada penyakit hepatitis adalah pada rambut mengalami kerontokan kepala tidak dapat benjolan dan mata terdapat ikterus serta konnjungtivanemis, sklera ikterus, konjungtiva anemis.
b.    Sistem Respirasi
Anatomi dada / thorak biasanya pada penyakit hepatitis terdapat spindernerviretruris otot, pernafasan + gerakan dada dan perut tidak seirama sesak nafas, pernafasan dangkal, pernafasan cuping hidung.
c.    Sistem Cardiovakuler
Pada penyakit hepatitis biasanya ditemukan peningkatan nadi dan tensi darah meningkat.
d.   Sistem Gastro Internal
Pada umumnya penyakit hepatitis di temukan adanya autes, hati bisa mengecil atau membesar dan kaput mendora, nyeri tekan perut atas kanan, muntah berwarna hitam diare kecoklatan sampai hitam, acites, bisisng usus menurun.
e.    Sistem Gastro Urinaria
Pada Penyakit hepatitis biasanya di temukan etropi testis penurunan lobido 9x haid pada wanita, warna urin lebih kuning tua / kecoklatan.
f.     Sistem Muskulus
Adanya edema pada tuingkai, kelemahan gerak.
g.    Sistem Endokrin
Pada penyakit hepatitis tidak ada pembesaran kelenjar thiroid.
5.    Pemeriksaan Penunjang
a.    Tes fungsi hati
Bertujuan untuk mengkaji keadaan penyakit hati dan  untuk  membedakan antara hepatitis virus dan non virus.  Menunjukkan abnormal bila mencapai 4-10 kali dari normal.
b.    SGOT/SGPT
Bertujuan untuk mengetahui adanya kerusakan sel  hati.  Pada penderita hepatitis, awalnya akan terjadi peningkatan jumlah dan  dapat meningkat 1-2 minggu sebelum ikterus kemudian menurun.
c.     Leukopenia
Bertujuan untuk mengetahui jumlah leukosit di dalam darah.  Mungkin juga ditemukan  adanya trombositopenia dan splenomegali.
d.   Diferensial darah lengkap
Untuk mengungkapkan banyak hal mengenai penyakit hati  maka perlu dilakukan pemeriksaan darah lengkap.  Antara lain di temukan leukositosis, monositosis, limfosit antifikal dan sel plasma.
e.    Feses
Pemeriksaan ini untuk membantu diagnosis diferensial ikterus. Biasanya ditemukan warna feses tanah liat dan steatorrhea yaitu jumlah lemak yang berlebihan yang menunjukan adanya penurunan fungsi hati.
f.     Albumin serum
g.    Merupakan radio farmasetikal yang digunakan dalam penentuan kumpulan darah dan volume plasma.  Serta berfungsi untuk menilai fungsi hati.  Pada penderita hepatitis terjadi penurunan.
h.     Gula darah
Karena hati juga berperan dalam mengatur kestabilan kadar gula darah maka perlu dilakukan pengukuran gula darah.  Pada penderita ditemukan hiperglikemi transien atau hipoglikemia, meunjukkan terjadinya gangguan fungsi  hati.
i.      HbsAg
Dilakukan untuk menentukan adanya virus hepatitis B di dalam darah baik dalam kondisi aktif ataupun sebagai carrier.  Hasilnya dapat positif (tipe B) atau negatif (tipe A).
j.      Urinalisa
Untuk mengetahui apakah produk empedu masih ada dan apakah empedu sampai ke usus. Biasanya terjadi peningkatan kadar bilirubin dan protein.

I.     PATHWAYS KEPERAWATAN
Terlampir

J.    DIAGNOSA
Beberapa masalah keperawatan yang mungkin muncul pada penderita hepatitis :
1.         Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan, perasaan tidak nyaman di kuadran kanan atas, gangguan absorbsi dan metabolisme pencernaan makanan, kegagalan masukan untuk memenuhi kebutuhan metabolik karena anoreksia, mual dan muntah.
2.         Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan pembengkakan hepar yang mengalami inflamasi hati dan bendungan vena porta.
3.      Hypertermi berhubungan dengan invasi agent dalam sirkulasi darah sekunder terhadap inflamasi hepar
4.      Keletihan berhubungan dengan proses inflamasi kronis sekunder terhadap hepatitis
5.      Resiko tinggi kerusakan integritas kulit dan jaringan berhubungan dengan pruritus sekunder terhadap akumulasi pigmen bilirubin dalam garam empedu

K. INTERVENSI
1.      Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan, perasaan tidak nyaman di kuadran kanan atas, gangguan absorbsi dan metabolisme pencernaan makanan, kegagalan masukan untuk memenuhi kebutuhan metabolik karena anoreksia, mual dan muntah.
Hasil yang diharapkan : Menunjukkan peningkatan berat badan mencapai tujuan dengan nilai laboratorium normal dan bebas dari tanda-tanda mal nutrisi.
a.       Ajarkan dan bantu klien untuk istirahat sebelum makan
R/ keletihan berlanjut menurunkan keinginan untuk makan
b.      Awasi pemasukan diet/jumlah kalori, tawarkan makan sedikit tapi sering dan tawarkan pagi paling sering
R/ adanya pembesaran hepar dapat menekan saluran gastro intestinal dan menurunkan kapasitasnya.
c.       Pertahankan hygiene mulut yang baik sebelum makan dan sesudah makan
R/ akumulasi partikel makanan di mulut dapat menambah baru dan rasa tak sedap yang menurunkan nafsu makan.
d.      Anjurkan makan pada posisi duduk tegak
R/ menurunkan rasa penuh pada abdomen dan dapat meningkatkan pemasukan
e.       Berikan diit tinggi kalori, rendah lemak
R/ glukosa dalam karbohidrat cukup efektif untuk pemenuhan energi, sedangkan lemak sulit untuk diserap/dimetabolisme sehingga akan membebani hepar.
2.      Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan pembengkakan hepar yang mengalami inflamasi hati dan bendungan vena porta.
Hasil yang diharapkan :
Menunjukkan tanda-tanda nyeri fisik dan perilaku dalam nyeri (tidak meringis kesakitan, menangis intensitas dan lokasinya)
a.        Kolaborasi dengan individu untuk menentukan metode yang dapat digunakan untuk intensitas nyeri
R/ nyeri yang berhubungan dengan hepatitis sangat tidak nyaman, oleh karena terdapat peregangan secara kapsula hati, melalui pendekatan kepada individu yang mengalami perubahan kenyamanan nyeri diharapkan lebih efektif mengurangi nyeri.
b.        Tunjukkan pada klien penerimaan tentang respon klien terhadap nyeri
-          Akui adanya nyeri
-          Dengarkan dengan penuh perhatian ungkapan klien tentang nyerinya
R/ klienlah yang harus mencoba meyakinkan pemberi pelayanan kesehatan bahwa ia mengalami nyeri
c.        Berikan informasi akurat dan
-          Jelaskan penyebab nyeri
-          Tunjukkan berapa lama nyeri akan berakhir, bila diketahui
R/ klien yang disiapkan untuk mengalami nyeri melalui penjelasan nyeri yang sesungguhnya akan dirasakan (cenderung lebih tenang dibanding klien yang penjelasan kurang/tidak terdapat penjelasan)
d.       Bahas dengan dokter penggunaan analgetik yang tak mengandung efek hepatotoksi
R/ kemungkinan nyeri sudah tak bisa dibatasi dengan teknik untuk mengurangi nyeri.
3.       Hypertermi berhubungan dengan invasi agent dalam sirkulasi darah sekunder terhadap inflamasi hepar.
Hasil yang diharapkan :
Tidak terjadi peningkatan suhu
a.       Monitor tanda vital : suhu badan
R/ sebagai indikator untuk mengetahui status hypertermi
b.      Ajarkan klien pentingnya mempertahankan cairan yang adekuat (sedikitnya 2000 l/hari) untuk mencegah dehidrasi, misalnya sari buah 2,5-3 liter/hari.
R/  dalam kondisi demam terjadi peningkatan evaporasi yang memicu timbulnya dehidrasi
c.       Berikan kompres hangat pada lipatan ketiak dan femur
R/ menghambat pusat simpatis di hipotalamus sehingga terjadi vasodilatasi kulit dengan merangsang kelenjar keringat untuk mengurangi panas tubuh melalui penguapan
d.      Anjurkan klien untuk memakai pakaian yang menyerap keringat
R/ kondisi kulit yang mengalami lembab memicu timbulnya pertumbuhan jamur. Juga akan mengurangi kenyamanan klien, mencegah timbulnya ruam kulit.
4.      Keletihan berhubungan dengan proses inflamasi kronis sekunder terhadap hepatitis
a.       Jelaskan sebab-sebab keletihan individu
R/ dengan penjelasan sebab-sebab keletihan maka keadaan klien cenderung lebih tenang
b.      Sarankan klien untuk tirah baring
R/ tirah baring akan meminimalkan energi yang dikeluarkan sehingga metabolisme dapat digunakan untuk penyembuhan penyakit.
c.       Bantu individu untuk mengidentifikasi kekuatan-kekuatan, kemampuan-kemampuan dan minat-minat
R/ memungkinkan klien dapat memprioritaskan kegiatan-kegiatan yang sangat penting dan meminimalkan pengeluaran energi untuk kegiatan yang kurang penting
d.      Analisa bersama-sama tingkat keletihan selama 24 jam meliputi waktu puncak energi, waktu kelelahan, aktivitas yang berhubungan dengan keletihan
R/ keletihan dapat segera diminimalkan dengan mengurangi kegiatan yang dapat menimbulkan keletihan
e.       Bantu untuk belajar tentang keterampilan koping yang efektif (bersikap asertif, teknik relaksasi)
R/ untuk mengurangi keletihan baik fisik maupun psikologis
5.      Resiko tinggi kerusakan integritas kulit dan jaringan berhubungan dengan pruritus sekunder terhadap akumulasi pigmen bilirubin dalam garam empedu
Hasil yang diharapkan :
Jaringan kulit utuh, penurunan pruritus.
a.       Pertahankan kebersihan tanpa menyebabkan kulit kering
-          Sering mandi dengan menggunakan air dingin dan sabun ringan (kadtril, lanolin)
-          Keringkan kulit, jaringan digosok
R/ kekeringan meningkatkan sensitifitas kulit dengan merangsang ujung syaraf
b.      Cegah penghangatan yang berlebihan dengan pertahankan suhu ruangan dingin dan kelembaban rendah, hindari pakaian terlalu tebal
R/ penghangatan yang berlebih menambah pruritus dengan meningkatkan sensitivitas melalui vasodilatasi
c.       Anjurkan tidak menggaruk, instruksikan klien untuk memberikan tekanan kuat pada area pruritus untuk tujuan menggaruk
R/ penggantian merangsang pelepasan hidtamin, menghasilkan lebih banyak pruritus
d.      Pertahankan kelembaban ruangan pada 30%-40% dan dingin
R/ pendinginan akan menurunkan vasodilatasi dan kelembaban kekeringa




DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marilynn E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan; Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. EGC. Jakarta.
Mansjoer, Arif, dkk. (2000). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta:Media Aesculapius.
Noer, Sjaifoellah, dkk. (1996). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta:Balai Penerbit FKUI.

Long, C. Barbara. (1996). Perawatan Medical Bedah (edisi III). Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Padjajaran.
Price Silvia A, Wilson Larraine M. (1994). Patofisiologi Edisi 4. Jakarta:EGC.
Soeparman. (1993). Ilmu Penyakit Dalam (Edisi 3). Jakarta: Fakultas KUI.
Smeltzer, S.C & Bare, B.G. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol 2.Jakarta: EGC

Tidak ada komentar:

Posting Komentar