ASUHAN KEPERAWATAN
CA LARING
1.
PENGERTIAN
Carsinoma
laring adalah pertumbuhan dan pembelahan sel khususnya sel skuamosa laring yang
tidak normal/abnormal yang terbatas pada pita suara yang bertumbuh perlahan
karena suplai limpatik yang jarang ketempat sekitar jaringan seperti epiglotis,
pita suara palsu dan sinus-sinus piriformis yang banyak mengandung banyak
pembuluh limfe dan meluas dengan cepat dan segera bermetastase kekelenjar limfe
leher bagian dalam.
Karsinoma
laring adalah karsinoma ( keganasan sel skuamosa pita suara dan jaringan
sekitarnya ( C. Long Barbara : 408 ).
Ca
laring merupakan tumor yang ketiga menurut jumlah tumor ganas dibidang THT dan
lebih bannyak terjadi pada pria berusia 50-70 tahun. Yang sering adalah jenis
karsinoma sel skuamosa (Kapita Selekta Kedokteran, edisi 3. Hal : 136).
2.
ETIOLOGI
Penyebab kanker laring belum diketahui
dengan pasti.Dikatakan oleh para ahli bahwa perokok dan peminum alcohol
merupakan kelompok orang – orang dengan resiko tinggi terhadap terjadinya
kanker laring.Penelitian epidemiologic menggambarkan beberapa hal yang diduga menyebabkan
terjadinya kanker laring yang kuat ialah rokok , alkohol, dan oleh sinar
radioaktif. Namun ada beberapa faktor yang diduga meningkatkan resiko terjadinya
kanker, sebagai berikut :
a.
Faktor Lingkungan
Merokok sigaret meningkatkan resiko
terjadinya kanker paru – paru, mulut, laring (pita suara), dan kandung kemih
darah, seperti Leukemia.
b.
Faktor Makanan yang mengandung bahan kimia.
Makanan juga dapat menjadi faktor
risiko penting lain penyebab kanker, terutama kanker pada saluran pencernaan.
Contoh jenis makanan yang dapat menyebabkan kanker adalah Makanan yang diasap
dan diasamkan (dalam bentuk acar) meningkatkan resiko terjadinya kanker
lambung. Minuman yang mengandung alkohol menyebabkan berisiko lebih tinggi
terhadap kanker kerongkongan. Zat pewarna makanan. Logam berat seperti merkuri
yang sering terdapat pada makanan laut yang tercemar seperti: kerang dan ikan.
Berbagai makanan (manis,tepung) yang diproses secara berlebihan.
c.
Virus
Virus yang dapat dan dicurigai menyebabkan kanker
laring antara lain Virus Epstein-Bar (di Afrika) menyebabkan Limfoma Burkitt,
sedangkan di China virus ini menyebabkan kanker hidung dan tenggorokan. Ini
terjadi karena faktor lingkungan dan genetik.
Menurut
Bunner dan Suddart, Barbara C. Long, Robbin dan Kumar serta D. Thone R. Cody.
Faktor-faktor predisposisi yang memicu munculnya Ca laring meliputi :
1. Tembakau
( berasap / tidak )
2. Alkohol
serta efek kombinasinya
3. Penajaman
terhadap obseton
4. Gas
mustard
5. Kayu,
kulit dan logam
6. Pekerjaan
yang menggunakan suar berlebihan (penyanyi rock, ustad, dosen )
7. Laringitis
kronis
8. Defisiensi
nutrisi ( Riboflavin )
9. Riwayat
keluarga ca laring
10. Asap
debu pada daerah industri
11. Laringitis
kronis
12. Perokok
diatas 40 tahun atau lebih
13. Lebih
sering pada laki-laki daripada wanita
14. Epiglotis
15. Hemophilus
influenzae
3.
PATOFISIOLOGI
Kanker laring yang terbatas pada
pita suara tumbuh perlahan karena suplai limfatik yang jarang. Di tempat manapun yang kering ( epiglottis, pita suara
palsu, dan sinus-sinus piriformis ). Banyak mengandung pembuluh limfe, dan kanker
pada jaringan ini biasanya meluas dengan cepat dan segera bermefastase ke
kelenjar limfe leher bagian dalam. Orang-orang yang mengalami serak yang
bertambah berat atau suara serak lebih dari 2 minggu harus segera memeriksakan
dirinya. Suara serak merupakan tanda awal kanker pita suara, jika pengobatan
dilakukan pada saat serak timbul ( yang disebabkan tumor sebelum mengenai
seluruh pita suara ) pengobatan biasanya masih memungkinkan.
Tanda-tanda
metastase kanker pada bagian laring biasanya berupa pembengkakan pada leher,
nyeri pada jakun yang menyebar ke telinga, dispread, disfagia, pembesaran
kelenjar limfe dan batuk. Diagnosa kanker laring dibuat berdasarkan anamnesa,
pemeriksaan fisik terhadap laring dengan laringoskopi langsung dan dari biopsy dan
dari pemeriksaan mikroskopi terhadap laring ( C. Long Barbara. 1996 : 408-409 ).
4.
MANIFESTASI
KLINIK
Suara serak adalah hal pertama yang
akan tampak pada pasien dengan kanker pada daerah glods karena tumor mengganggu
pita suara selama bicara. Suara mungkin terdengar parau dan puncak suara
rendah. Bunyi suara yang terganggu bukan merupakan tanda dini kanker suglotis
atau supraglotis, namun mungkin pasien mengeluh nyeri dan rasa terbakar pada
tenggorokan ketika minum cairan hangat atau jus jeruk.
Suatu gumpalan mungkin teraba di
belakang leher, gejala lanjut , termasuk kesulitan menelan ( dsifagia ) atau
kesulitan bernafas ( dipsnue ). Suara serak dan nafas bau, pembesaran nodus
limfe servikal, penurunan BB dan status kelemahan umum dan nyeri yang menjalar
ke telinga dapat terjadi bersama metastasis ( Brunner & Suddart, 2002 :
556-557 )
5.
PENATALAKSANAAN
Pengobatan
untuk kondisi ini bervariasi sejalan dengan keluasan malignasi. Pengobatan
pilihan termasuk terapi radiasi dan pembedahan. Pemeriksaan gigi dilakukan
untuk menyingkirkan setiap penyakit mulut. Semua masalah yang berkaitan dengan
gigi diatasi jika mungkin dan dilakukan sebelum pembedahan.
1. Terapi
Radiasi
Hasil yang
sangat memuaskan dapat dicapai dengan terapi radiasi pada pasien yang hanya mengalami
satu pita suara yang sakit dan normalnya dapat digerakkan ( yaitu bergerak saat
fonasi )
Selain itu pasien ini masih memiliki suara yang hampir
normal. Beberapa mungkin mengalami kondriti ( inflamasi kartilagi ) atau
stenosis, sejumlah kecil dari mereka yang mengalami stenosis nantinya
membutuhkan laringotomi. Terapi
radiasi juga dapt digerakkan secara pra operatif untuk mengurangi ukuran tumor
2. Pembedahan
Parsial
a. Laringektomi
parsial ( laringotomi –tirotomi )
Laringektomi
parsial direkomendasikan pada kanker area glotis tahap dini ketika hanya satu
pita suara yang kena. Tindakan ini mempunyai angka penyembuhan yang sangat
tinggi . Dalam operasi ini, satu pita suara diangkat dan semua struktur lainnya
teteap utuh. Suara pasien kemungkinan menjadi parau, jalan nafas akan tetap
utuh dan pasien seharusnya tidak memiliki kesulitan menelan.
b.
Laringektomi supraglotis ( Horizontal )
Laringektomi
supraglotis digunakan dalam penatalaksanaan tumor supraglotis. Tulang hyoid,
glottis dan pita suara palsu diangkat. Pita suara kartilogi krikoid dan trakea
tetap utuh. Selama operasi dilakukan di seksi leher radikal pada tempat yang
sakit. Selang traketomi dipasang dalam trakea sampai jalan nafas glottis pulih.
Selang traketomi ini biasanya diangkat setelah beberapa hari dan stoma
dibiarkan menutup. Nutrisi diberikan melalui selang nasograstik sampai terdapat
penyembuhan dan tidak ada lagi resiko aspirasi. Pasca operatif, klien kemungkinan akan mengalami
kesulitan untuk menelan selama 2 minggu pertama. Keuntungan utama dari operasi
ini adalah bahwa suara akan kembali pulih seperti biasa.
c. Laringektomi Hemivertikal
Dilakukan jika tumor meluas di luar pita suara, tetapi
perluasan tersebut kurang dari 1 cm dan terbatas pada area subglotis. Dalam
prosedur ini, kartilago tiroid laring dipisahkan dalam garis tengah leher dan
bagian pita suara ( satu pita suara sejati dan satu pita suara palsu ) dengan
pertumbuhan tumor diangkat. Kartilago aritenoid dan setengah kartilago tiroid
diangkat. Pasien akan mempunyai selang trakeostomi dan selang nasogastrik
selama operasi. Pasien beresiko mengalami operasi pasca operatif. Beberapa
perubahan dapat terjadi pada kualitas suara ( sakit tenggorokan ) dan proyeksi.
Namun demikian fungsi nafas dan jalan menelan tetap utuh.
d. Langektomi Total
Dilakukan ketika kanker meluas di luar pita suara. Lebih
jauh ketulang hyoid, epiglottis, kartilago krikoid dan dua atau tiga cincin
trakea diangkat. Lidah, dinding faringeal, dan trakea ditinggalkan.
Laringektomi total membutuhkan stoma trakeal permanen. Stoma ini mencegah
aspirasi makanan dan cairan ke dalam saluran pernapasan bawah, karena laring
yang memberikan perlindungan spingter tidak ada lagi. Pasien tidak akan
mempunyai suara lagi tetapi fungsi menelan akan normal. Laringektomi total
merubah cara dimana aliran udara digunakan untuk bernafas dan berbicara. (
Brunner & Suddarth, 2002 : 557-558 )
3.
Kemoterapi
Penggunaan obat
untuk menangani kanker disebut kemoterapi atau agen antineoplastik. Obat ini
digunakan untuk membunuh sel kanker dan menghambat perkembangannya. Semua sel
baik normal maupun sel kanker berjalan mengikuti siklus sel. Agen kemoterapi
bekerja pada fase siklus sel berbeda disebut siklus non spesifik, kebanyakan
agen kemoterapeutik paling efektif ketika sel-sel secara aktif sedang membelah.
Kemoterapi
terutama digunakan untuk mengobati penyakit sistematik daripada lesi setempat
dan dapat diatasi dengan pembedahan atau radiasi. Kemoterapi mungkin di
kombinasi dengan pembedahan atau terapi radiasi, atau kedua-duanya untuk
menurunkan ukuran tumor sebelum operasi, untuk merusak sel-sel tumor yang masih
tertinggal pasca operasi. Tujuan dari kemoterapi ( penyembuhan , pengontrolan,
paliatif ) harus realistic, karena tujuan tersebut akan menetapkan medikasi
yang digunakan dan keagresifan dari rencana pengobatan.
Agen kemoterapi
yang digunakan pada Ca laring atau anti metabolik membunuh sel-sel kanker
dengan memblok sintesis DNA dan RNA. Mereka melakukan ini dengan meniru
struktur metabolik esensial secara kimiawi, yaitu : Nutrien esensial untuk
metabolisme sel normal, Agen umum meliputi : Cytarabine ( ARA-C ), Floxuridine
( FUDR ), 5-Fluorourasial ( 5-FU ), Hydroxyurea ( Hydrea ), 6-Merkaptopurine (
6-MP ), Methotrexate ( mexate ) dan 6-Thieguanin. Efek samping yang paling umum
adalah meliputi stomatitis supresi sum-sum tulang dan diare.
Rute
pemberian
Obat-obat
kemoterapeutik mungkin diberikan melalui rute topical, oral, interval,
intramuskuler, subkutan, arteri, intrakavitasi dan intratekal. Rute pemberian
biasanya bergantung pada tipe obat, dosis yang dibutuhkan dan jenis, lokasi dan
luasnya tumor yang diobati.
Dosis
Dosis preparat
anti neoplastik terutama didasarkan pada area permukaan tubuh total pasien,
respon terhadap kemoterapeutik atau terapi radiasi dahulu, fungsi organ utama
dan status kinerja fisik.
4.
Terapi Sistomatik
Terapi sistomatik yang diberikan meliputi :
a. Pemberian
sadatif
b. Pemberian
antiemetik
c. Pemberian
antipiretik
6.
PENGKAJIAN
FOKUS
a.
PENGKAJIAN PRIMER
Data
awal yang ditemukan pada klien dengan kanker laring adalah suara serak yang
tidak sembuh-sembuh yang disertai dengan adanya pembesaran dan perubahan pada
daerah leher. Menurut Cody D. Thaher, C. Long Barbara, Harrison, Sjmsuhidayat
dan Suddart Bunner pada pengkajian akan didapatkan data sebgai berikut :
Biografi
1) Usia
2) Jenis kelamin :Laki laki lebih
banyak dari pada perempuan 2 : 1
3) Pekerjaan :Pekerjaan yang menggunakan suara yang berlebihan,
seperti penyanyi, penceramah, dosen.
4) Alamat : Tinggal di daerah dengan tingkat pencemaran polusi yang
tinggi, seperti tinggal di wilayah industri
Keluhan
utama pada klien Ca. Laring meliputi nyeri tenggorok. sulit menelan,sulit
bernapas,suara serak,hemoptisis dan batuk, penurunan berat badan, nyeri
tenggorok, lemah.
b.
PENGKAJIAN SEKUNDER
1)
Pemeriksaan Fisik
a)
Keadaan
umum
b)
Tanda-tanda
vital
-
Suhu
-
TD
-
Respirasi
-
Nadi
-
Pengukuran BB
-
Kepala
-
Pembengkakan kelenjar limfe post dan pre
aurikel
-
Leher
2)
Pemeriksaan Penunjang
a)
Laringoskopi : Cara memeriksa laring
dengan melakukan inspeksi terhadap sisi luar laring pada leher dan
gerakan-gerakan pada saat menelan. Pada kanker laring gerakan menelan akan
bergerak ke bawah saat inspirasi atau tidak bergerak. Pada palpasi ditemukan
adanya pembesaran dan nyeri.
b)
Pemeriksaan sinar x jaringan lunak :
terdapat penonjolan pada tenggorokan.
c)
Pemeriksaan poto kontras : dengan
penelanan borium menunjukkan adanya lesi-lesi loca
d)
Pemeriksaan MRI : identifikasi adanya
metastasis dan evaluasi respon pengobatan.
c.
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Biasanya
suara serak adalah hal yang akan Nampak pada pasien dengan kanker pada daerah
glottis, pasien mungkin mengeluhkan nyeri dan rasa terbakar pada tenggorokan,
suatu gumpalan mungkin teraba di belakang leher. Gejala lanjut meiputi
disfagia, dispnoe, penurunan berat badan.
d.
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
Riwayat
kesehatan dahulu : adanya riwayat laryngitis kronis, riwayat sakit tenggorokan,
riwayat epiglottis.
e.
RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
Riwayat kesehatan keluarga :Riwayat anggota keluarga
yang terdiagnosa positif kanker laring.
7.
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
a. Bersihan
jalan napas tidak efektif berhubungan dengan pengangkatan sebagian atau seluruh
glotis, gangguan kemampuan untuk bernapas, batuk dan menelan, serta sekresi
banyak dan kental.
b. Kerusakan
komunikasi verbal berhubungan dengan defisit anatomi (pengangkatan batang
suara).
c. Gangguan
rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan penekanan serabut syaraf oleh sel-sel
tumor.
d. Perubahan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan gangguan saluran
pencernaan (disfagia).
e. Gangguan
citra diri berhubungan dengan kehilangan suara,perubahan anatomi wajah dan
leher.
8.
FOKUS
INTERVENSI DAN RASIONAL
Menurut Doenges
E. Marlyn ( 2000 ), dan Carpenito (1999), perencanaan dan intervansi
keperawatan pada klien kanker laring adalah sebagai berikut :
1. Bersihan jalan
napas tidak efektif berhubungan dengan pengangkatan sebagian atau seluruh
glotis, gangguan kemampuan untuk bernapas, batuk dan menelan, serta sekresi
banyak dan kental.
a. Tujuan : Klien dapat mempertahankan jalan nafas paten.
b. Kriteria
hasil :Tidak
sesak dan klien menunjukkan perilaku untuk memperbaiki jalan napas ,batuk
efektif dan bunyi napas
c. Intevensi :
1) Kaji
frekuensi pernapasan catat rasio inspirasi atau ekspirasi
Rasional : pada kanker laring biasanya menyebabkan
dipsnue
2) Catat
adanya derajat dipsnue misalnya keluhan lapar udara, gelisah, ansietas,
disteres, pernapasan dan penggunaan otot bantu.
Rasional :
disfungsi pernapasan merupakan proses kronis atau stadium akhir
3) Auskuitasi bunyi napas, catat adanya bunyi napas.
Rasional : pada beberapa derajat kanker laring
terjadi obstruksi jalan napas dan dapat atau tidak dimanifestasikan adanya
bunyi napas.
4) Atur
posisi yang nyaman
Rasional : Mempermudah fungsi pernapasan.
5) Dorong
atau bantu klien latihan napas abdomen atau bibir
Rasional : Memberikan pasien beberapa cara untuk
mengatasi dan mengontrol dipsnea dan menurunkan jebakan udara.
6) Observasi
karakteristik batuk misalnya menetap batuk pendek, batuk basah bantu tindakan
untuk memperbaiki keefektifan upaya batuk.
d. Kolaborasi
1) Berikan
bronkodilator
Rasional : merilekskan otot halus dan menurunkan
kognesti lokal, menurunkan spasne jalan napas dan produk mukosa
2) Xantin
Rasional :
menurunkan edema mukosa dan spasme otot polos
3) Berikan kromolin flunisunida ( aerobic )
Rasional :
menurunkan edema
4) Berikan antimikroba
Rasional : diindikasikan untuk mengontrol pneumonia.
5) Berikan
analgetik dan penekan batuk
Rasional :
memungkinkan pasien untuk istirahat dan menghemat energi.
6) Berikan
humidifikasi
Rasional : kelembaban akan menurunkan kekentalan
secret yang mempermudah pengluaran yang dap[at membantu menurunkan atau menjaga
pembentukan mukosa tebal pada bronkus.
2. Kerusakan
komunikasi verbal berhubungan dengan defisit anatomi (pengangkatan batang
suara).
a. Tujuan
:
Pasien dapat berkomunikasi denganaktif.
b. Kriteria
hasil: Menidentifikasi pemahaman tentang masalh koomunikasi, membuat metode
komunikasi dimana kebutuhan dapat diekspresikan menggunakan sumber-sumber yang
tepat.
c. Intervensi:
1) Kaji
tipe atau derajat disfungsi, kesulitan
Rasional : untuk menentukan terapi
2) Bantu
menentukan stadium penyakit perhatikan kesalahan dalam komunikasi dalam dan
berikan umpan balik.
Rasional : pasien mungkin kehilangan kemampuan untuk
memantau ucapan yang keluar dan tidak menyadari bahwa komunikaai yang diucapkan
tidak nyata.
3) Mintalah
pasien untuk mengikutu perintah sederhana ( seperti buka ,mata tunjuk kepintu )
ulangi dengan kata atau kalimat yang sederhana.
Rasional :
melakukan penilaian terhadap adanya kerusakan sensor
4) Berkan
metode komunikasi alternative, seperti menulis di papan tulis, gambar. Berikan petunjuk visual ( gerakan tangan, gambar-gambar,
daftar kebutuhan, demonstrasi )
Rasional :
Memberikan komunikasi tentang kebutuhan berdasarkan keadaan atau defisit yang
mandiri.
5) Katakan secara langsung dengan pasien, bicara perlahan
dan dengan tenang. Gunakan pertanyaan terbuka dengan
jawaban ya atau tidak, selanjutnya kembangkan pada pertanyaan yang lebih
kompleks sesuai respon pasien.
Rasional : menurunkan kebingungan atau ansietas
selama proses komunikasi.
6) Bicaralah
dengan nada normal dan hindari percakapan yang cepat. Berikan pasien jarak
waktu untuk berespon. Bicaralah tanpa tekanan terhadap sebuah respon.
7) Rasional
: pasien tidak perlu merusak pendengaran dan meninggikan suara dapat
menimbulkan marah pasien atau menyebabkan kepedihan. Memfokuskan respon dapat
mengakibatkan frustasi dan mungkin menyebabkan pasien terpaksa untuk bicara
otomatis.
8) Anjurkan
pengunjung atau orang terdekat mempertahankan usahanya untuk berkomunikasi
dengan pasien, seperti membaca surat, diskusi tentang hal-hal yang terjadi pada
keluarga.
Rasional : mengurangi isolasi social pasien dan
meningkatkan penciptaan komunikasi yangb efektif.
3. Gangguan
rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan penekanan serabut syaraf oleh sel-sel
tumor.
a. Tujuan : nyeri pada pasien sedikit
berkurang dengan mengikuti
aturanpemakai farmakologis yang telah ditentukan dapat menggunakan
keterampilan relaksasi dan aktifitas hiburan sesuai indikasi.
b. Kriteria
hasil : Menlaporkan penghilangan
nyeri maksimal / control dengan pengaruh minimal pada AKS. Mengikuti
farmokologis yang diperlukan, mendemonstrasikan penggunaan keterampilan relaksasi dan aktivitas hiburan
sesuai indikasi untuk situasi individu.
c. Intervensi
1) Tentukan
riwayat nyeri misal : lokasi nyeri, frekuensi, durasi dan intensitas dan
tindakan penghilang yang digunakan.
Rasional : informasi
memberikan data dasar untuk mengevaluasi kebutuhan atau keefektifan
intetrvensi.
2) Berikan
tindakan kenyamanan dasar ( misal reposisi, gosokan punggung,) dan aktivitas
hiburan ( missal musik dan TV ).
Rasional : meningkatkan
relaksasi dan membantu memfokuskan kembali perhatian.
3) Dorong
penggunaan keterampilan manajemen nyeri ( misal teknik relaksasi, visualisasi,
bimbingan imajinasi ) tertawa, musik dan sentuhan terapeutik.
Rasional : memungkinkan
pasien untuk berpartisipasi secara aktif dan meningkatkan masa control.
4) Evaluasi
penghilangan nyeri atau control
Rasional : control
nyeri maksimum dengan pengaruh minimum pada AKS.
d. Kolaborasi
1) Kembangkan
rencana manajemen nyeri dengan pasien dan dokter
Rasional : rencana terorganisasi mengembangkan
kesempatan untuk control nyeri.
2) Beri
analgesic sesuai indikasi misal : bromstoms cocktail, morfin, metadon atau
campuran narkotik IV khusus.
Rasional : nyeri adalah komplikasi sering dari kanker
meskipun respon individual berbeda saat perubahan penyakit atau perubahan
terjadi penilaian dosis dan pemberian akan diperliukan.
3) Berikan
penggunaan CPA dengan cepat
Rasional : analgesia dikontrol pasien sehingga
pemberian obat tepat waktu, mencegah fruktuasi, pada intensitas nyeri, sering
pada dosis total rendah akan diberikan melealui metode konvensional.
4. Perubahan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan gangguan saluran
pencernaan (disfagia).
a. Tujuan : Nutrisi klien adekuat
b. Kriteria hasil :
Mendemonstrasikan pemeliharaan kemajuan peningkatan BB sesuai tujuan, tidak
mengalami tanda-tanda dalam rentan normal.
c. Intervensi
1) Kaji
kemampuan pasien untuk mengunyah, menelan, batuk dan menangani sekresi.
Raasional : faktor ini
menentukan pilihan terhadap jenis makanan sehingga pasien harus terlindung dari
aspirasi.
2) Auskultasi
bising usus, catat adanya penurunan atau nilainya suara yang hiperaktif
Rasional : fungsi
saluran pencernaan biasanya tetap baik, jadi bising usus membantu dalam
menentukan respon untuk makan atau berkembangnya komplikasi seperti paralitik
ilius.
3) Timbang
BB sesuai indikasi
Rasional : mengevaluasi
keefektifan / kebutuhan mengubah pemberian nutrusi.
4) Berikan makan dalm jumlah kecil dan dalam
waktu sering dengan teratur.
Rasional : Meningkatkan
prosese pencernaan dan toleransi pasien terhadap nutrisi yang diberikan dan
dapat meningkatkan kerja sama pasien saat makan.
5) Tingkatkan kenyamanan lingkungan yang sama termasuk
sosialisasi saat makan. Anjurkann oranhg terdekat untk membawa
yang disukai pasien.
Rasional : meskipun
proses penilaian pasien memerlukan bantuan makan dan menggunakan alat Bantu,
sosialisasi waktu makan dengan orang terdekat atau teman dapat meningkatakan
pemasukan.
6) Kaji
feses, cairan lambung, muntah darah dan sebagainya.
Rasional
: Pendarahan subakuat / akut dapat terjadi
5. Gangguan
citra diri berhubungan dengan kehilangan suara,perubahan anatomi wajah dan
leher
a. Tujuan : Menunjukkan konsep diri yang bagus.
b. Kriteria
hasil :Mampu mengungkapkan
kenyataan secara fealietis dan
penerimaan terhadap suaranya, mampu mengenali dan bekerja sama dalam
perubahan konsep diri peran tanpa menimbulkan harga diri rendah mampu
mengembangkan perencanaan yang realistis untuk mengadaptasi perubahan peran
c. Intervensi
1) Ciptakan
atau pertahankan hubungan terapeuitik pasien perawat, Diskusikan perasaan takut
atau hal yang dipikirkan pasien.
Rasional : Meremehkan
sikap peduli dan mengembangkan rasa saling percaya antara pasien dengan
perawat, dimana pasien bebas mengekspresikan ketakutan ditolak hilangnya fungsi
suara yang dimiliki sebelumnya, tidak berdaya mengenai perubahan yang terjadi.
2) Catat
tingkah laku menarik diri, sikap menyangkal atau terlalu memungkirkan proses
penyakitnya.
Rasional : Awalnya
mungkin merupakan respon yang normal tapi jika berkepanjangan bisa menghalangi
untuk menghadapi kenyataan seharusnya dan dapat menurunkan ke arah koping yang
tidak efektif.
3) Jelaskan
bahwa emosi yang labil adalah wajar. Pemecahan masalah merupakan langkah untuk
menangani masalah ini.
Rasional :
Menghilangkan kecemasan dan membantu usah untuk menangani munculnya emosi yang
tidak diharapkan.
4) Beri
masukan pada klien untuk memodifikasi gaya berpakaian untuk meningkatkan konsep
diri seperti memakai jilbab pada perempuan, menggunakan sal atau baju dengan
kerah tertutup.
DAFTAR PUSTAKA
Bites Barbara dkk, 1998 . Buku Saku Pemeriksaan dan Riwayat Kesehatan.
Edisi 2. Jakarta : EGC
Carpenito Lynda Juall. 1999. Rencana suhanA Keperawatan dan Dokumentasi
Keperawatan. Edisi 2. Jakarta : EGC
C. Long
Barbara. 1996. Perawatan Medikal Bedah. Bandung:IAPK Pajajaran
Doenges. E.
Marilyn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan.
Edisi 3. Jakarta : EGC
Sjamsuhidayat. 2005. Buku
Ajar Ilmu Bedah. Jakarta : EGC
Brunner. 2002.
Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah.Vol 2. Edisi 8. Jakarta : EGC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar