Jumat, 21 Desember 2012

Askep HDR



ASUHAN KEPERAWATAN HARGA DIRI RENDAH
A.  PENGERTIAN
Harga diri rendah adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan menganalisa seberapa jauh perilaku memenuhi ideal diri.
Sumber: Stuart and Sundeen. 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta:EGC

Menurut Townsend (1998) harga diri rendah merupakan evaluasi diri dari perasaan tentang diri atau kemampuan diri yang negatif baik langsung maupun tidak langsung.
Sumber: Towsend, Mary C. 1998. Diagnosa keperawatan pada keperawatan psikiatri. Jakarta: EGC

Pendapat senada dikemukan oleh Carpenito, L.J (1998) bahwa harga diri rendah merupakan keadaan dimana individu mengalami evaluasi diri yang negatif mengenai diri atau kemampuan diri.
Sumber: Carpenito, Lynda Juall. 1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan.Jakarta: EGC
Harga diri rendah adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri. Pencapaian ideal diri atau cita – cita atau harapan langsung menghasilkan perasaan bahagia.
Sumber: Keliat, Budi Anna dll. 1998. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC

Menurut Schult & Videbeck ( 1998 ), gangguan harga diri rendah adalah penilaian negatif seseorang terhadap diiri dan kemampuan, yang diekspresikan secara langsung maupun tidak langsung.
Sumber: Schultz dan Videback. 1998. Manual Psychiatric Nursing Care Plan. 5th edition. Lippincott- Raven Publisher: philadelphia
Harga diri rendah merupakan perasaan negatif terhadap diri sendiri termasuk kehilangan rasa percaya diri, tidak berharga, tidak berguna, tidak berdaya, pesimis, tidak ada harapan dan putus asa.
Sumber: Depkes RI. 2000. Keperawatan Jiwa. Jakarta

B.  ETIOLOGI
Harga diri rendah sering disebabkan karena adanya koping individu yang tidak efektif akibat adanya kurang umpan balik positif, kurangnya system pendukung, kemunduran perkembangan ego, pengulangan umpan balik yang negatif, disfungsi system keluarga serta terfiksasi pada tahap perkembangan awal (Townsend, M.C, 1998).
Sumber: Towsend, Mary C. 1998. diagnosa keperawatan pada keperawatan psikiatri. Jakarta: EGC

Menurut Carpenito, L.J (1998) koping individu tidak efektif adalah keadaan dimana seorang individu mengalami atau berisiko mengalami suatu ketidakmampuan dalam menangani stressor internal atau lingkungan dengan adekuat karena ketidakadekuatan sumber-sumber (fisik, psikologis, perilaku atau kognitif). Dari pendapat-pendapat di atas dapat dibuat kesimpulan, individu yang mempunyai koping individu tidak efektif akan menunjukkan ketidakmampuan dalam menyesuaikan diri atau tidak dapat memecahkan masalah terhadap tututan hidup serta peran yang dihadapi.
 Adanya koping individu tidak efektif sering ditunjukkan dengan perilaku sebagai berikut:
1.    Data subjektif
a)    Mengungkapkan ketidakmampuan untuk mengatasi masalah atau meminta bantuan
b)   Mengungkapkan perasaan khawatir dan cemas yang berkepanjangan
c)    Mengungkapkan ketidakmampuan menjalankan peran
2.    Data Objektif
a)    Perubahan partisipasi dalam masyarakat
b)   Peningkatan ketergantungan
c)    Memanipulasi orang lain disekitarnya untuk tujuan-tujuan memenuhi keinginan sendiri
d)   Menolak mengikuti aturan-aturan yang berlaku
e)    Perilaku destruktif yang diarahkan pada diri sendiri dan orang lain
f)    Memanipulasi verbal/perubahan dalam pola komunikasi
g)   Ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar
h)   Penyalahgunaan obat terlarang
Salah satu penyebab dari harga diri rendah yaitu berduka disfungsional. Berduka disfungsional merupakan pemanjangan atau tidak sukses dalam menggunakan respon intelektual dan emosional oleh individu dalam melalui proses modifikasi konsep diri berdasarkan persepsi kehilangan.
Sumber: Carpenito, Lynda Juall. 1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan.Jakarta: EGC

C.  PATOFISIOLOGI
Seseorang dengan harga diri rendah berhubungan dengan interpersonal yang buruk pada mulanya merasa dirinya tidak berharga sehingga merasa tidak aman berhubungan dengan orang lain. Individu mempertahankan hubungan masyarakat diisolasi sosial dan ketergantungan berlebihan pada orang lain. Kemudian dimunculkan dalam bentuk perilaku.
Sumber: Stuart and Sundeen. 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa.Jakarta:EGC
Proses terjadinya harga diri rendah dimulai dari akibat faktor predisposisiyang diantaranya pengalaman kanak – kanak yang merupakan faktor kontribusi pada gangguan konsep diri, anak yang tidak menerima kasih sayang, individu yangkurang mengerti akan arti dan tujuan kehidupan akan gagal menerima tanggung jawab untuk diri sendiri, penolakan orang tua, harapan realistis. Selain faktor  predispoisisi, faktor presipitasi juga salah satu penyebabdari terjadinya harga dirirendah yang diantaranya pola asuhan anak yang tidak tepat atau dituruti, di larangdan di tuntut, kesalahan dan kegagalan berulang kali, cita – cita yang tidak dapat dicapai gagal bertanggung jawab terhadap diri sendiri.
Sumber:  Keliat, Budi Anna dll. 1998. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. EGC: Jakarta
D.  MANIFESTASI KLINIK
Menurut Carpenito, L.J (1998); Keliat, B.A (1994); perilaku yang berhubungan dengan harga diri rendah antara lain:
Data subjektif:
1.    Mengkritik diri sendiri atau orang lain
2.    Perasaan dirinya sangat penting yang berlebih-lebihan
3.    Perasaan tidak mampu
4.     Rasa bersalah
5.    Sikap negatif pada diri sendiri
6.    Sikap pesimis pada kehidupan
7.    Keluhan sakit fisik
8.    Pandangan hidup yang terpolarisasi
9.    Menolak kemampuan diri sendiri
10.     Pengurangan diri/mengejek diri sendiri
11.     Perasaan cemas dan takut
12.     Merasionalisasi penolakan/menjauh dari umpan balik positif
13.     Mengungkapkan kegagalan pribadi
14.     Ketidak mampuan menentukan tujuan

Data objektif:
1.    Produktivitas menurun
2.    Perilaku destruktif pada diri sendiri
3.    Perilaku destruktif pada orang lain
4.    Penyalahgunaan zat
5.    Menarik diri dari hubungan sosial
6.    Ekspresi wajah malu dan rasa bersalah
7.    Menunjukkan tanda depresi (sukar tidur dan sukar makan)
8.    Tampak mudah tersinggung/mudah marah
Sumber: Carpenito, Lynda Juall. 1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta:EGC

Menurut Struart & Sundden (1998) perilaku klien HDR ditunjukkan tanda – tanda sebagai berikut :
1.    Produktivitas menurun
2.    Mengukur diri sendiri dan orang lain
3.    Destructif pada orang lain
4.    Gangguan dalam berhubungan
5.    Perasaan tidak mampu
6.    Rasa bersalah
7.    Mudah tersinggung atau marah yang berlebihan
8.    Perasaan negatif terhadap tubuhnya sendiri
9.    Ketegangan peran yang dihadapi atau dirasakan
10.     Pandangan hidup yang pesimis
11.     Keluhan fisik
12.     Pandangan hidup yang bertentangan
13.     Penolakan terhadap kemampuan personal
14.     Destruktif terhadap diri sendiri
15.     Menolak diri secara sosial
16.     Penyalahgunaan obat
17.     Menarik diri dan realitas
18.     Khawatir

Sumber: Stuart GW, Sundeen SJ. 1998.Buku saku keperawatan jiwa. Edisi 3. Jakarta : EGC

E. PENATALAKSANAAN
1.    Penatalaksanaan Keperawatan
Keliat ( 1999 ) menguraikan empat cara untuk meningkatkan harga diri yaitu :
a)    Memberi kesempatan untuk berhasil
b)   Menanamkan gagaasan
c)    Mendorong aspirasi
d)   Membantu membentuk koping
2.    Penatalaksanaan Medis
a)    Clorpromazine ( CPZ )
Indikasi untuk sindrom psikosis yaitu berat dalam kemampuan menilai realitas, kesadaran diri terganggu, waham, halusinasi, ganggua perasaan dan perilaku aneh, tidak bekerja, hubungan sosial dan melakukan aktivitas rutin.
Efek saamping : sedasi, gangguan otonomik serta endokrin.
b)   Haloperidol ( HPL )
Indikasi : berdaya berat dalam kemampuan menilai realitaas dalaam fungsi netral serta fungsi kehidupan sehari-hari.
Efek samping : sedasi, gangguan otonomik dan endokrin.
c)    Trihexyphenidyl ( THP )
Indikasi : segala jenis penyakit Parkinson, termasuk pascaa enchepalitis dan idiopatik.
Efeksamping : hypersensitive terhadap trihexyphenidyl, psikosis berat, psikoneurosis dan obstruksi saluran cerna.
d)   Terapi okupasi / rehabilitasi
Terapi yang terarah bagi pasien, fisik maupun mental dengan menggunakan aktivitas terpilih sebagai media. Aktivitas tersebut berupa kegiatan yang direncanakan sesuai tujuan ( Seraquel, 2004 )
e)    Psikoterapi
Psikoterapi yang dapat membantu penderita adalah psikoterapi suportif dan individual atau kelompok serta bimbingan yang praktis dengan maksud untuk mengembalikan penderita ke masyarakat (Seraquel, 2004)
f)    Terapi psikososial
Kaplan and Sadock ( 1997 ), rewncana pengobatan untuk skizofrenia harus ditujukan padaa kemampuan daan kekurangan pasien. Selain itu juga perlu dikembangkan terapi berorientasi keluarga, yang diarahkan untuk strategi penurunan stress dan mengatasi masalah dan perlibatan kembali pasien kedalam aktivitas.
Sumber: Keliat BA.1999. Proses kesehatan jiwa. Edisi 1. Jakarta : EGC

F.  PENGKAJIAN FOKUS
Menurut Stuart terdapat berbagai faktor yang menunjang terjadinya perubahan konsep diri seseorang antara lain:
1.    Faktor predisposisi
a)    Faktor yang mempengaruhi  harga diri meliputi penolakan orang tua, harapan orang tua yang tidak realistis, kegagalan yang berulang, kurang mempunyai tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang lain dan ideal diri yang tidak realistis.
b)   Faktor yang mempengaruhi performa peran adalah stereotip peran gender, tuntutan peran kerja dan harapan peran budaya.
c)    Faktor yang mempengaruhi identitas pribadi meliputi ketidakpercayaan orang tua, tekanan dari kelompok sebaya dan perubahan struktur sosial.
2.    Faktor presipitasi
Menurut Stuart faktor presipitasi adalah factor pencetus sebelum timbul gejala.
Adapun faktor presipitasi klien dengan harga diri rendah adalah sebagai berikut:
a)    Trauma, misal penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan peristiwa yang mengancam kehidupan.
b)   Ketegangan peran, berhubungan dengan peran atau posisi yang diharapkan dan individu mengalaminya sebagai frustasi. Ada 3 transisi peran yaitu transisi peran perkembangan seperti perubahan normatif yang berkaitan dengan pertumbuhan. Transisi peran situasi, terjadi dengan bertambah atau berkurangnya anggota keluarga melalui kelahiran dan kematian. Transisi peran sehat-sakit, terjadi akibat pergeseran dari keadaan sehat ke keadaan sakit.

Menurut Stuard and Sudeen ( 1998 ) pengkajian pada pasien harga diri rendah meliputi tingkah laku :
1.    Menyalahkan diri atau orang lain
2.    Produktivitas menurun.
3.    Gangguan berhubungan.
4.    Rasa bersalah
5.    Mudah marah
6.    Pesimis terhadap kehidupan
7.    Keluhan fisik
8.    Menarik diri dari realita
9.    Cemas dan takut
10.     Mengurung diri
11.     Penyalahgunaaan zat
Sumber: Stuart GW, Sundeen SJ.1998. Buku saku keperawatan jiwa. Edisi 3. Jakarta : EGC

Sedangkan menurut Towsend ( 1998 ) pada pasien dengan gangguan harga diri rendah akan ditemukan batasan karakteristik :
1.    Kurang kontak mata
2.    Ungkapan yang mengaktifkan diri
3.    Ekspresi rasa malu
4.    Mengevaluasi diri sebagai individu yang tidak mampu untuk menghadapi berbagai peristiwa.
5.    Menolak  umpan  balik  yang  positif  dan melebih-lebihkan  umpan  balik yang negatif tentang dirinya.
6.    Ragu-ragu untuk mencoba hal-hal yang baru.
7.    Hipersensitif  terhadap  kritik, mudah  tersinggung  dengan  pembicaraan orang lain.
Sumber: Towsend, Mary C. 1998. diagnosa keperawatan pada keperawatan psikiatri. Jakarta: EGC

                                                   
G.    DIAGNOSA KEPERAWATAN
Menurut Keliat ( 1999 ), diagnosa yang lazzim muncul pada pasien dengan gangguan konsep diri : harga diri rendah adalah :
1.    Gangguan harga diri rendaah
2.    Keputus asaan
Sumber: Keliat, BA.1999.Proses kesehatan jiwa. Edisi 1. Jakarta : EGC.

H.    FOKUS INTERVENSI DAN RASIONAL
Fokus intervensi dari diagnosa keperawatan yang muncul diatas  pada klien dengan harga diri rendah adalah sebagai berikut:
1.    Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik
a)    Sapa klien dengan ramah baik dengan verbal maupun non verbal.
b)   Perkenalkan diri dengan sopan.
c)    Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien.
d)   Jelaskan tujuan pertemuan.
e)    Jujur dan menepati janji.
f)    Tunjukkan sikap menerima klien apa adanya.
g)    Beri perhatian kepada klien dan perhatika kebutuhan dasar klien.
Rasional: hubungan saling percaya merupakan dasar untuk hubungan interaksi selanjutnya.
2.    Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.
a)    Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien, buat daftarnya.
b)   Setiap bertemu klien dihindarkan dari memberi penilaian negatif.
c)    Utamakan memberi pujian yang realistik pada kemampuan dan aspek positif klien.
Rasional: diskusikan tingkat kemampuan klien seperti menilai realitas, kontrol diri atau integritas ego diperlukan sebagai dasar asuhan keperawatannya, reinforcement positif akan meningkatkan harga diri klien, dan pujian yang realistik tidak menyebabkan klien melakukan kegiatan hanya karena ingin mendapatkan pujian.
3.    Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan.
a)    Diskusikan dengan klien kemampuan yang masih digunakan selama sakit.
b)   Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan penggunaan di rumah sakit.
c)    Berikan pujian.
Rasional: diskusikan pada klien tentang kemampuan yang dimiliki adalah prasarat untuk berubah dan mengerti tentang kemampuan yang dimiliki dapat memotivasi klien untuk tetap mempertahankan penggunaannya.
4.    Klien dapat menetapkan dan merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.
a)    Minta klien untuk memilih satu kegiatan yang mau dilakukan di rumah sakit.
b)   Bantu klien melakukannya jika perlu beri contoh.
c)    Beri pujian atas keberhasilan klien.
d)   Diskusikan jadwal kegiatan harian atas kegiatan yang telah dilatih.
e)    Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai kemampuan, buat jadwal kegiatan mandiri, kegiatan dengan bantuan sebagian, dan kegiatan yang membutuhkan bantuan total
f)    Tingkatkan kegiatan yang disukai sesuai dengan kondisi klien
g)    Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan.
Rasional: klien adalah individu yang bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri, klien perlu bertindak secara realistis dalam kehidupannya, dan contoh peran yang dilihat klien akan memotovasi klien untuk melaksanakan kegiatan.
5.    Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan kemampuannya.
a)    Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah direncanakan.
b)   Beri pujian atas keberhasilan klien
c)    Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah
Rasional: reinforcement positif dapat meningkatkan harga diri kllien dan memberikan kesempatan kepada klien untuk tetap melakukan kegiatan yang biasa dilakukan
6.    Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada
a)    Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien dengan harga diri rendah.
b)   Bantu keluarga memberikan dukungan selama klien dirawat.
c)    Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah.
d)   Jelaskan cara pelaksanaan jadwal kegiatan klien di rumah.
e)    Anjurkan keluaraga untuk memberi pujian pada klien setiap berhasil.
Rasional: mendorong keluarga akan sangat berpengaruh dalam mempercepat proses penyembuhan klien dan meningkatkan peran serta keluarga dalam merawat klien di rumah.
Sumber: Keliat, Budi Anna dll. 1998. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. EGC: Jakarta







Daftar Pustaka
Schultz dan Videback. 1998. Manual Psychiatric Nursing Care Plan. 5th edition. Lippincott- Raven Publisher: philadelphia
Keliat, Budi Anna dll. 1998. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. EGC: Jakarta
Depkes RI. 2000. Keperawatan Jiwa. Jakarta
Keliat, BA.1999.Proses kesehatan jiwa. Edisi 1. Jakarta : EGC
Towsend, Mary C. 1998. diagnosa keperawatan pada keperawatan psikiatri. Jakarta: EGC
Stuart GW, Sundeen SJ.1998. Buku saku keperawatan jiwa. Edisi 3. Jakarta : EGC
Carpenito, Lynda Juall. 1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta:EGC


Tidak ada komentar:

Posting Komentar