ASUHAN KEPERAWATAN HARGA DIRI
RENDAH
A. PENGERTIAN
Harga
diri rendah adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan
menganalisa seberapa jauh perilaku memenuhi ideal diri.
Sumber: Stuart and Sundeen. 1998. Buku
Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta:EGC
Menurut
Townsend (1998) harga diri rendah merupakan evaluasi diri dari perasaan tentang
diri atau kemampuan diri yang negatif baik langsung maupun tidak langsung.
Sumber: Towsend, Mary C. 1998. Diagnosa keperawatan pada keperawatan psikiatri. Jakarta: EGC
Pendapat senada
dikemukan oleh Carpenito, L.J (1998) bahwa harga diri rendah merupakan keadaan
dimana individu mengalami evaluasi diri yang negatif mengenai diri atau
kemampuan diri.
Sumber: Carpenito,
Lynda Juall. 1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan.Jakarta: EGC
Harga
diri rendah adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan
menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri. Pencapaian ideal
diri atau cita – cita atau harapan langsung menghasilkan perasaan bahagia.
Sumber:
Keliat, Budi
Anna dll. 1998. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC
Menurut Schult &
Videbeck ( 1998 ), gangguan harga diri rendah adalah penilaian negatif
seseorang terhadap diiri dan kemampuan, yang diekspresikan secara langsung
maupun tidak langsung.
Sumber: Schultz dan
Videback. 1998. Manual Psychiatric Nursing Care Plan. 5th edition.
Lippincott- Raven Publisher: philadelphia
Harga diri rendah merupakan perasaan negatif terhadap
diri sendiri termasuk kehilangan rasa percaya diri, tidak berharga, tidak
berguna, tidak berdaya, pesimis, tidak ada harapan dan putus asa.
Sumber: Depkes RI. 2000. Keperawatan Jiwa. Jakarta
B. ETIOLOGI
Harga
diri rendah sering disebabkan karena adanya koping individu yang tidak efektif
akibat adanya kurang umpan balik positif, kurangnya system pendukung,
kemunduran perkembangan ego, pengulangan umpan balik yang negatif, disfungsi
system keluarga serta terfiksasi pada tahap perkembangan awal (Townsend, M.C,
1998).
Sumber: Towsend,
Mary C. 1998. diagnosa keperawatan pada
keperawatan psikiatri. Jakarta: EGC
Menurut
Carpenito, L.J (1998) koping individu tidak efektif adalah keadaan dimana
seorang individu mengalami atau berisiko mengalami suatu ketidakmampuan dalam
menangani stressor internal atau lingkungan dengan adekuat karena
ketidakadekuatan sumber-sumber (fisik, psikologis, perilaku atau kognitif).
Dari pendapat-pendapat di atas dapat dibuat kesimpulan, individu yang mempunyai
koping individu tidak efektif akan menunjukkan ketidakmampuan dalam
menyesuaikan diri atau tidak dapat memecahkan masalah terhadap tututan hidup
serta peran yang dihadapi.
Adanya koping individu tidak efektif sering
ditunjukkan dengan perilaku sebagai berikut:
1. Data
subjektif
a) Mengungkapkan
ketidakmampuan untuk mengatasi masalah atau meminta bantuan
b) Mengungkapkan
perasaan khawatir dan cemas yang berkepanjangan
c) Mengungkapkan
ketidakmampuan menjalankan peran
2. Data
Objektif
a) Perubahan
partisipasi dalam masyarakat
b) Peningkatan
ketergantungan
c) Memanipulasi
orang lain disekitarnya untuk tujuan-tujuan memenuhi keinginan sendiri
d) Menolak
mengikuti aturan-aturan yang berlaku
e) Perilaku
destruktif yang diarahkan pada diri sendiri dan orang lain
f) Memanipulasi
verbal/perubahan dalam pola komunikasi
g) Ketidakmampuan
untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar
h) Penyalahgunaan
obat terlarang
Salah
satu penyebab dari harga diri rendah yaitu berduka disfungsional. Berduka
disfungsional merupakan pemanjangan atau tidak sukses dalam menggunakan respon
intelektual dan emosional oleh individu dalam melalui proses modifikasi konsep
diri berdasarkan persepsi kehilangan.
Sumber:
Carpenito,
Lynda Juall. 1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan.Jakarta: EGC
C. PATOFISIOLOGI
Seseorang dengan harga
diri rendah berhubungan dengan interpersonal yang buruk pada mulanya merasa
dirinya tidak berharga sehingga merasa tidak aman berhubungan dengan orang
lain. Individu mempertahankan hubungan masyarakat diisolasi sosial dan
ketergantungan berlebihan pada orang lain. Kemudian dimunculkan dalam bentuk
perilaku.
Sumber: Stuart and Sundeen. 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa.Jakarta:EGC
Proses terjadinya harga diri rendah dimulai dari akibat
faktor predisposisiyang diantaranya pengalaman kanak – kanak yang merupakan
faktor kontribusi pada gangguan
konsep diri, anak yang tidak menerima kasih sayang, individu yangkurang mengerti akan arti dan tujuan kehidupan
akan gagal menerima tanggung jawab untuk diri sendiri,
penolakan orang tua,
harapan realistis.
Selain faktor predispoisisi, faktor presipitasi juga salah satu
penyebabdari terjadinya harga dirirendah yang diantaranya pola asuhan anak yang
tidak tepat atau dituruti, di larangdan
di tuntut, kesalahan dan kegagalan berulang kali, cita – cita yang tidak dapat
dicapai gagal bertanggung jawab terhadap diri sendiri.
Sumber:
Keliat, Budi Anna dll. 1998. Proses
Keperawatan Kesehatan Jiwa. EGC: Jakarta
D. MANIFESTASI KLINIK
Menurut Carpenito, L.J (1998); Keliat,
B.A (1994); perilaku yang berhubungan dengan harga diri rendah antara lain:
Data subjektif:
Data subjektif:
1. Mengkritik
diri sendiri atau orang lain
2. Perasaan
dirinya sangat penting yang berlebih-lebihan
3. Perasaan
tidak mampu
4. Rasa bersalah
5. Sikap
negatif pada diri sendiri
6. Sikap
pesimis pada kehidupan
7. Keluhan
sakit fisik
8. Pandangan
hidup yang terpolarisasi
9. Menolak
kemampuan diri sendiri
10. Pengurangan
diri/mengejek diri sendiri
11. Perasaan
cemas dan takut
12. Merasionalisasi
penolakan/menjauh dari umpan balik positif
13. Mengungkapkan
kegagalan pribadi
14. Ketidak
mampuan menentukan tujuan
Data objektif:
1. Produktivitas
menurun
2. Perilaku
destruktif pada diri sendiri
3. Perilaku
destruktif pada orang lain
4. Penyalahgunaan
zat
5. Menarik
diri dari hubungan sosial
6. Ekspresi
wajah malu dan rasa bersalah
7. Menunjukkan
tanda depresi (sukar tidur dan sukar makan)
8. Tampak
mudah tersinggung/mudah marah
Sumber:
Carpenito,
Lynda Juall. 1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta:EGC
Menurut Struart & Sundden (1998) perilaku klien HDR ditunjukkan tanda –
tanda sebagai berikut :
1.
Produktivitas menurun
2.
Mengukur diri sendiri dan orang lain
3.
Destructif pada orang lain
4.
Gangguan dalam berhubungan
5.
Perasaan tidak mampu
6.
Rasa bersalah
7.
Mudah tersinggung atau marah yang berlebihan
8.
Perasaan negatif terhadap tubuhnya sendiri
9.
Ketegangan peran yang dihadapi atau dirasakan
10.
Pandangan hidup yang pesimis
11.
Keluhan fisik
12.
Pandangan hidup yang bertentangan
13.
Penolakan terhadap kemampuan personal
14.
Destruktif terhadap diri sendiri
15.
Menolak diri secara sosial
16.
Penyalahgunaan obat
17.
Menarik diri dan realitas
18.
Khawatir
Sumber: Stuart GW, Sundeen SJ.
1998.Buku saku keperawatan jiwa. Edisi 3.
Jakarta : EGC
E. PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan Keperawatan
Keliat ( 1999 ) menguraikan
empat cara untuk meningkatkan harga diri yaitu :
a)
Memberi
kesempatan untuk berhasil
b)
Menanamkan
gagaasan
c)
Mendorong
aspirasi
d)
Membantu
membentuk koping
2.
Penatalaksanaan
Medis
a)
Clorpromazine
( CPZ )
Indikasi untuk sindrom psikosis yaitu berat dalam kemampuan menilai realitas, kesadaran diri terganggu,
waham, halusinasi, ganggua perasaan dan perilaku aneh, tidak bekerja,
hubungan sosial dan melakukan aktivitas rutin.
Efek saamping : sedasi, gangguan otonomik serta endokrin.
b)
Haloperidol
( HPL )
Indikasi : berdaya berat dalam kemampuan menilai realitaas dalaam fungsi
netral serta fungsi kehidupan sehari-hari.
Efek samping : sedasi, gangguan otonomik dan endokrin.
c)
Trihexyphenidyl
( THP )
Indikasi : segala jenis penyakit Parkinson, termasuk pascaa enchepalitis
dan idiopatik.
Efeksamping : hypersensitive terhadap trihexyphenidyl, psikosis berat,
psikoneurosis dan obstruksi saluran cerna.
d)
Terapi
okupasi / rehabilitasi
Terapi yang terarah bagi
pasien, fisik maupun mental dengan menggunakan aktivitas terpilih sebagai
media. Aktivitas tersebut berupa kegiatan yang direncanakan sesuai tujuan (
Seraquel, 2004 )
e)
Psikoterapi
Psikoterapi yang dapat membantu penderita adalah psikoterapi suportif dan
individual atau kelompok serta bimbingan yang praktis dengan maksud untuk
mengembalikan penderita ke masyarakat (Seraquel, 2004)
f)
Terapi
psikososial
Kaplan and Sadock ( 1997 ), rewncana pengobatan untuk skizofrenia harus
ditujukan padaa kemampuan daan kekurangan pasien. Selain itu juga perlu
dikembangkan terapi berorientasi keluarga, yang diarahkan untuk strategi
penurunan stress dan mengatasi masalah dan perlibatan kembali pasien kedalam
aktivitas.
Sumber:
Keliat BA.1999.
Proses kesehatan jiwa. Edisi 1. Jakarta : EGC
F. PENGKAJIAN FOKUS
Menurut
Stuart terdapat berbagai faktor yang menunjang terjadinya perubahan konsep diri
seseorang antara lain:
1.
Faktor predisposisi
a)
Faktor yang mempengaruhi harga diri meliputi penolakan orang tua, harapan
orang tua yang tidak realistis, kegagalan yang berulang, kurang mempunyai
tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang lain dan ideal diri yang
tidak realistis.
b)
Faktor yang mempengaruhi performa peran adalah stereotip peran gender, tuntutan peran
kerja dan harapan peran budaya.
c)
Faktor yang
mempengaruhi identitas pribadi meliputi ketidakpercayaan orang tua, tekanan dari kelompok sebaya dan perubahan struktur sosial.
2.
Faktor presipitasi
Menurut
Stuart faktor presipitasi adalah factor pencetus sebelum timbul gejala.
Adapun
faktor presipitasi klien dengan harga diri rendah adalah sebagai berikut:
a)
Trauma, misal penganiayaan seksual dan psikologis atau
menyaksikan peristiwa yang mengancam kehidupan.
b)
Ketegangan peran, berhubungan dengan peran atau posisi
yang diharapkan dan individu mengalaminya sebagai
frustasi. Ada 3 transisi peran yaitu transisi peran perkembangan seperti
perubahan normatif yang berkaitan dengan pertumbuhan. Transisi peran situasi,
terjadi dengan bertambah atau berkurangnya anggota keluarga melalui kelahiran
dan kematian. Transisi peran sehat-sakit,
terjadi akibat pergeseran dari keadaan sehat ke keadaan sakit.
Menurut Stuard and Sudeen ( 1998 ) pengkajian pada pasien harga diri rendah
meliputi tingkah laku :
1.
Menyalahkan
diri atau orang lain
2.
Produktivitas
menurun.
3.
Gangguan
berhubungan.
4.
Rasa
bersalah
5.
Mudah marah
6.
Pesimis
terhadap kehidupan
7.
Keluhan
fisik
8.
Menarik diri
dari realita
9.
Cemas dan
takut
10.
Mengurung
diri
11.
Penyalahgunaaan
zat
Sumber:
Stuart GW, Sundeen SJ.1998. Buku saku keperawatan jiwa. Edisi 3. Jakarta
: EGC
Sedangkan menurut Towsend ( 1998 ) pada pasien dengan gangguan harga diri
rendah akan ditemukan batasan karakteristik :
1.
Kurang
kontak mata
2.
Ungkapan
yang mengaktifkan diri
3.
Ekspresi
rasa malu
4.
Mengevaluasi
diri sebagai individu yang tidak mampu untuk menghadapi berbagai
peristiwa.
5.
Menolak
umpan balik yang positif dan melebih-lebihkan
umpan balik yang negatif tentang dirinya.
6.
Ragu-ragu
untuk mencoba hal-hal yang baru.
7.
Hipersensitif
terhadap kritik, mudah tersinggung dengan pembicaraan orang lain.
Sumber: Towsend, Mary C. 1998. diagnosa keperawatan pada keperawatan
psikiatri. Jakarta: EGC
G.
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
Menurut Keliat ( 1999 ), diagnosa yang lazzim muncul pada pasien dengan
gangguan konsep diri : harga diri rendah adalah :
1.
Gangguan
harga diri rendaah
2.
Keputus
asaan
Sumber: Keliat, BA.1999.Proses kesehatan jiwa. Edisi 1. Jakarta : EGC.
H.
FOKUS
INTERVENSI DAN RASIONAL
Fokus intervensi dari diagnosa keperawatan yang muncul diatas pada klien dengan harga diri rendah adalah
sebagai berikut:
1.
Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip
komunikasi terapeutik
a)
Sapa klien dengan ramah baik dengan verbal maupun non
verbal.
b)
Perkenalkan diri dengan sopan.
c)
Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang
disukai klien.
d)
Jelaskan tujuan pertemuan.
e)
Jujur dan menepati janji.
f)
Tunjukkan sikap menerima klien apa adanya.
g)
Beri perhatian kepada klien dan perhatika kebutuhan dasar
klien.
Rasional: hubungan saling percaya merupakan dasar untuk hubungan interaksi
selanjutnya.
2.
Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif
yang dimiliki.
a)
Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
klien, buat daftarnya.
b)
Setiap bertemu klien dihindarkan dari memberi penilaian
negatif.
c)
Utamakan memberi pujian yang realistik pada kemampuan dan
aspek positif klien.
Rasional: diskusikan tingkat kemampuan klien seperti menilai realitas,
kontrol diri atau integritas ego diperlukan sebagai dasar asuhan
keperawatannya, reinforcement positif akan meningkatkan harga diri klien, dan
pujian yang realistik tidak menyebabkan klien melakukan kegiatan hanya karena
ingin mendapatkan pujian.
3.
Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan.
a)
Diskusikan dengan klien kemampuan yang masih digunakan
selama sakit.
b)
Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan penggunaan di
rumah sakit.
c)
Berikan
pujian.
Rasional: diskusikan
pada klien tentang kemampuan yang dimiliki adalah prasarat untuk berubah dan
mengerti tentang kemampuan yang dimiliki dapat memotivasi klien untuk tetap
mempertahankan penggunaannya.
4.
Klien dapat menetapkan dan merencanakan kegiatan sesuai
dengan kemampuan yang dimiliki.
a)
Minta
klien untuk memilih satu kegiatan yang mau dilakukan di rumah sakit.
b)
Bantu
klien melakukannya jika perlu beri contoh.
c)
Beri
pujian atas keberhasilan klien.
d)
Diskusikan
jadwal kegiatan harian atas kegiatan yang telah dilatih.
e)
Rencanakan
bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai kemampuan, buat
jadwal kegiatan mandiri, kegiatan dengan bantuan sebagian, dan kegiatan yang
membutuhkan bantuan total
f)
Tingkatkan
kegiatan yang disukai sesuai dengan kondisi klien
g)
Beri
contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan.
Rasional: klien adalah individu yang bertanggung jawab terhadap dirinya
sendiri, klien perlu bertindak secara realistis dalam kehidupannya, dan contoh
peran yang dilihat klien akan memotovasi klien untuk melaksanakan kegiatan.
5.
Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan
kemampuannya.
a)
Beri
kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah direncanakan.
b)
Beri
pujian atas keberhasilan klien
c)
Diskusikan
kemungkinan pelaksanaan di rumah
Rasional:
reinforcement positif dapat meningkatkan harga diri kllien dan memberikan
kesempatan kepada klien untuk tetap melakukan kegiatan yang biasa dilakukan
6.
Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada
a) Beri
pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien dengan harga diri
rendah.
b) Bantu
keluarga memberikan dukungan selama klien dirawat.
c) Bantu
keluarga menyiapkan lingkungan di rumah.
d) Jelaskan
cara pelaksanaan jadwal kegiatan klien di rumah.
e) Anjurkan
keluaraga untuk memberi pujian pada klien setiap berhasil.
Rasional: mendorong keluarga akan sangat berpengaruh dalam mempercepat
proses penyembuhan klien dan meningkatkan peran serta keluarga dalam merawat
klien di rumah.
Sumber: Keliat,
Budi Anna dll. 1998. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. EGC: Jakarta
Daftar
Pustaka
Schultz dan
Videback. 1998. Manual Psychiatric Nursing Care Plan. 5th edition.
Lippincott- Raven Publisher: philadelphia
Keliat, Budi Anna dll. 1998. Proses
Keperawatan Kesehatan Jiwa. EGC: Jakarta
Depkes RI. 2000. Keperawatan Jiwa.
Jakarta
Keliat, BA.1999.Proses kesehatan
jiwa. Edisi 1. Jakarta : EGC
Towsend, Mary C. 1998. diagnosa keperawatan pada keperawatan
psikiatri. Jakarta: EGC
Stuart GW, Sundeen SJ.1998. Buku saku keperawatan
jiwa. Edisi 3. Jakarta : EGC
Carpenito, Lynda Juall. 1998. Buku Saku Diagnosa
Keperawatan. Jakarta:EGC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar