Selasa, 13 November 2012

Askep Pneumothorax



ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN PNEUMOTHORAX

1.  PENGERTIAN
Pneumothorax adalah adanya udara dalam rongga pleura. Pneumothorax dapat terjadi secara spontan atau karena trauma (British Thoracic Society 2003).
Pneumothorax ialah didapatkannya udara didalam kavum pleura (Hendra Arif, 2000).
Pneumothoraks adalah keadaan terdapatnya udara atau gas dalam rongga pleura (DR. Dr. Aru W. Sudoyo,Sp.PD, KHOM, 2006).

2.  ETIOLOGI
Pneumothoraks terjadi karena adanya kebocoran dibagian paru yang berisi udara melalui robekan atau pecahnya pleura. Robekan ini berhubungan dengan bronkhus. Pelebaran alveoli dan pecahnya septa-septa alveoli kemudian membentuk suatu bula yang disebut granulomatus fibrosis. Granulomatous fibrosis adalah salah satu penyebab tersaring terjadinya pneumothoraks, karena bula tersebut berhubungan dengan adanya obstruksi empisema.

3.  KLASIFIKASI
a)   Pneumothorak spontan
Pneumothorak yang terjadi tiba-tiba tanpa adanya suatu penyebab.
b)   Pneumothorak spontan primer
Suatu pneumothorak yang terjadi tanpa ada riwayat penyakit paru yang mendasari sebelumnya.
c)   Pneumothorak spontan sekunder
Suatu pneumothorak yang terjadi karena penyakit paru yang mendasarinya (tunerkulosis paru, PPOK, asma bronkial, pneumonia, tumor paru).
d)  Pneumothorak traumatik
Pneumothorak yang terjadi akibat suatu trauma, baik trauma penetrasi maupun bukan yang menyebabkan robeknya pleura, dinding dada maupun paru.
e)   Pneumothorak traumatik bukan latrogenik
Pneumothorak yang terjadi karena jejas kecelakaan.
f)    Pneumothorak traumatik latrogenik
Pneumothorak yang terjadi akibat komplikasi dari tindakan medis.
g)   Pneumothorak tertutup
Suatu pneumothorak dengan tekanan udara di rongga pleura yang sedikit lebih tinggi dibandingkan tekanan pleura pada sisi hemitoraksbkontralateral tetapi tekanannya masih lebih rendah dari tekanan atmosfer.
h)   Pneumothorak terbuka
Terjadi karena luka terbuka pada dinding dada sehingga pada saat inspirasi udara dapat keluar melelui luka tersebut.
i)     Tension pneumothoraks
Terjadi karena mekanisme check valve yaitu pada saat inspirasi udara masuk kedalam rongga pleura, tetapi pada saat ekspirasi udara dari rongga pleura tidak dapat keluar.

4.  PATOFISIOLOGI
Saat inspirasi, tekanan intrapleura lebih negative daripada tekanan intrabronkhial, sehingga paru akan berkembang mengikuti dinding thoraks dan udara dari luaryang tekanannya nol akan masuk ke bronchus sehingga sampe ke alveoli. Saat ekspirasi, dinding dada menekan rongga dada sehingga tekanan intrapleura akan lebih tinggi dari tekanan dialveolus ataupun di bronchus, sehingga udara ditekan keluar melalui bronchus. Tekanan intrabronkhial meningkat apabila ada tahanan jalan napas. Tekanan intrabronkhial akan lebih meningkat lagi pada waktu batuk, bersin atau mengejan, karena pada keadaan ini glotis tertutup. Apabila dibagian perifer dari bronchus atau alveolus ada bagian yang lemah, bronkhus atau alveolus itu akan pecah atau robek.
Secara singkat proses terjadinya pneumothoraks adalah sebagai berikut:
1)   Alveoli disangga oleh kapiler yang lemah dan mudah robek dan udara masuk kea rah jaringan peribronkhovaskuler. Apabila alveoli itu melebar, tekanan dalam alveoli akan meningkat.
2)   Apabila gerakan napas kuat, infeksi dan obstruksi endobronkhial adalah faktor presipitasi yang memudahkan terjadinya robekan.
3)   Selanjutnya udara yang terbebas dari alveoli dapat menggoyahkan jaringan fibrosis di peribronkovaskular kearah hilus, masuk mediastinum, dan menyebabkan pneumothoraks.


5.  MANIFESTASI KLINIK
a.    Sesak dapat sampai berat, kadang bisa sampai hilang dalam 24 jam apabila sebagian   paru  yang kolaps  sudah mengembang kembali.
b.   Distres  pernapasan berat, agitasi, sianosis, dan  takipnea berat.
c.    Takikardi  dan peningkatan awal  TD diikuti  dengan hipotensi  sesuai dengan penurunan  curah jantung.
d.   Gejala lainnya yang mungkin ditemukan:
1.      Hidung tampak kemerahan
2.      Cemas, stres, tegang
3.      Tekanan darah rendah (hipotensi)
4.      Nyeri dada

6.  KOMPLIKASI
a)   Pneumothoraks tension: mengakibatkan kegagalan respirasi akut
b)    Pio-pneumothoraks, hidro pneumothoraks/ hemo-pneumothoraks: henti jantung paru dan kematian sangat sering terjadi.
c)   Emfisema subkutan dan pneumomediastinum: sebagai akibat komplikasi pneumothoraks spontan
d)  Fistel bronkopleural
e)   Empiema
f)    Pneumothoraks simultan bilateral

7.  PENATALAKSANAAN
Tindakan pneumothoraks tergantung dari luasnya pneumothoraks. Tujuannya yaitu untuk mengeluarkan udara dari rongga pleura dan menurunkan kecenderungan untuk kambuh lagi.
Prinsip-prinsip penanganan pneumothoraks menurut British Sosiety dan American Collage of Chest Physicians adalah:
a.    Observasi dan pemberian tambahan oksigen
b.   Aspirasi sederhana dengan jarum dan pemasangan tube torakostostomi dengan atau tanpa pleurodesis
c.    Torakoskopi dengan pleurodesis dan penanganan terhadap adanya bleb atau bulla
d.   Torakotomi

8.   PENGKAJIAN FOKUS
a.    DEMOGRAFI
Biodata pasien yang meliputi :
1)      Identitas pasien
a)      Nama
b)      Umur
c)      Jenis Kelamin
d)     Agama
e)      Status perkawinan
f)       Pendidikan
g)      Pekerjaan
h)      Tanggal Masuk
i)        No. Register
j)        Diagnosa medis
2)      Penanggung jawab
a)      Nama
b)      Umur
c)      Jenis Kelamin
d)     Pendidikan
e)      Pekerjaan
f)       Hubungan dengan pasien

b.   RIWAYAT KESEHATAN
1)      Riwayat penyakit saat ini
Keluhan sesak napas sering kali dating mendadak dan semakin lama semakin berat. Nyeri dada dirasakan pada sisi yang sakit, rasa berat, tertekan, dan terasa lebih nyeri pada gerakan pernapasan. Melakukan pengkajian apakah da riwayat trauma yang mengenai rongga dada seperti peluru yang menembus dada dan paru, ledakan yang menyebabkan tekanan dalam paru meningkat, kecelakaan lalu lintas biasanya menyebabkan trauma tumpul didada atau tusukan benda tajam langsung menembus pleura.
2)      Riwayat penyakit dahulu
Perlu ditanyakan apakah klien pernah menderita penyakit seperti TB paru dimana sering terjadi pada pneumothoraks spontan.
3)      Riwayat penyakit keluarga
Perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit-penyakit yang mungkin menyebabkan pneumothoraks seperti kanker paru, asma, TB paru, dan lain-lain.

c.    DATA FOKUS TERKAIT PERUBAHAN FUNGSI DAN PEMERIKSAAN FISIK
1)      Aktivitas/Istirahat
Gejala           : Dispnea dengan aktivitas atau istirahat.
2)      Sirkulasi
Tanda           : Takikardia.
                        Frekuensi tak teratur/disritmia.
                        Irama jantung gallop (gagal jantung sekunder terhadap effusi).
                        Tanda Homman.
                        TD: hipertensi/ hipotensi.
                        DVJ
3)      Integritas Ego
Tanda           : Ketakutan, gelisah.
4)      Makanan/Cairan
Tanda           : Adanya pemasangan IV vena sentral/ infus tekanan.
5)      Nyeri/kenyamanan
Gejala           : Nyeri dada unilateral, meningkat karena pernapasan, batuk.
                       Timbul tiba-tiba gejala sementara batuk atau regangan (pneumothorak spontan).
                       Tajam dan nyeri, menusuk yang diperberat oleh napas dalam, kemungkinan menyebar ke leher, bahu, abdomen (efusi pleural).
Tanda             : Berhati-hati pada area yang sakit.
                        Perilaku distraksi.
                        Mengkerutkan wajah.
6)      Pernapasan
Gejala           :Kesulitan bernapas, lapar napas.
                       Batuk (mungkin gejala yang ada).
                       Riwayat bedah dada/trauma : penyakit paru kronis, inflamasi/infeksi paru (empiema/effusi), penyakit interstisial menyebar (sarkoidosis), keganasan.
                       Pneumothorak spontan sebelumnya.
Tanda             :Pernapasan:peningkatan frekuensi/takipnea.
Peningkatan kerja napas, penggonaan otot aksesori pernapasan pada dada dan leher, retraksi interkotal, ekspirasi abdominal kuat.
                        Bunyi napas menurun atau tidak ada.
                        Fremitus menurun.
                        Perkusi dada: Hiperresonan diatas area terisi udara (pneumothorak), bunyi pekak diatas area yang terisi cairan (hemotoraks).
                        Observasi dan palpasi dada: Gerakan dada tidak sama (paradoksik) bila trauma atau kemps, penurunan pengembangan thoraks (area yang sakit).
                        Kulit: Pucat, sianosis, berkeringat, krepitasi subkutan.
                        Mental: Ansietas, gelisah, bingung, pingsan.
                        Penggunaan ventilasi mekanik tekanan positif/terapi PEEP.
7)      Keamanan
Gejala           : Adanya trauma dada.
                       Radiasi/kemoterapi untuk keganasan.
8)      Penyuluhan/pembelajaran
Gejala           : Riwayat faktor resiko keluarga; tuberculosis, kanker.
                       Adanya bedah intratorakal/biopsi paru.
                       Bukti kegagalan membaik.



d.   PEMERIKSAAN PENUNJANG
1)      Sinar x dada: Menyatakan akumulasi udara/ cairan pada area pleural; dapat menunjukan penyimpangan struktur mediastinal (jantung)
2)      GDA: variable tergantung pada derajat fungsi paru yang dipengaruhi, gangguan mekanik pernapasan dan kemampuan mengkompensasi. PaCO2 kadang-kadang meningkat. PaO2 mungkin normal/ menurun; saturasi oksigen biasanya menurun.
3)      Torasentesis: menyatakan darah/ cairan serosanguinosa (hemotorak).
4)      HB: mungkin menurun menunjukkan kehilangan darah
5)      Laboratorium (Darah Lengkap dan Astrup)

9.  PATHWAYS KEPERAWATAN

10.            DIAGNOSA KEPERAWATAN
1)      Ketidakefektifan pola pernapasan yang berhubungan denagan menurunnya ekspansi paru sekunder terhadap peningkatan tekanan dalam rongga pleura.
2)      Resiko tinggi trauma pernapasan berhubungan dengan pemasangan WSD.
3)      Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurang terpajan pada informasi.

11. FOKUS INTERVENSI DAN RASIONAL
Dx: Ketidakefektifan pola pernapasan yang berhubungan denagan menurunnya ekspansi paru sekunder terhadap peningkatan tekanan dalam rongga pleura.
Intervensi Keperawatan
Rasional
Identifikasi faktor penyebab kolaps spontan, trauma keganasan, infeksi komplikasi mekanik pernapasan.
Memahami penyebab dari kolaps paru sangat penting untuk mempersiapkan WSD pada pneumothoraks dan menentukan untuk intervensi lainnya.
Kaji kualitas, frekuensi, dan kedalaman pernapasan, laporkan setiap perubahan yang terjadi
Dengan mengkaji kualitas, frekuensi dan kedalaman pernapasan, kita dapat mengetahui sejauh mana perubahan kondisi klien.
Observasi tanda-tanda vital
Peningkatan RR dan takikardi merupakan indikasi adanya penurunan fungsi paru.

Dx: Resiko tinggi trauma pernapasan berhubungan dengan pemasangan WSD.
Intervensi Keperawatan
Rasional
Perhatikan undulasi pada selang WSD
Perawat harus yakin apa yang menjadi penyebab, segera periksa kondisi system drainase, dan amati tanda-tanda kesulitan bernapas.
Anjurkan pasien memegang selang bila ingin mengubah posisis
Menghindari tarikan spontan peda selang yang menpunyai resiko tercabutnya selang dari rongga dada.
Beri penjelasan pada klien tentang perawatan WSD
Meningkatakan sikap kooperatif klien dan mengurangi resiko trauma pernapasan.
Bantu dan ajarkan klien untuk melakukan batuk dan napas dalam yang efektif.
Menekan darah yang nyeri ketika batuk atau napas dalam.

     Dx: Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurang terpajan pada informasi.
Intervensi
Rasional
Kaji patologi masalah individu
Informasi penurunan takut karena ketidaktahuan. Memberikan pengetahuan dasar untuk pemahaman kondisi dinamik dan pentingnya intervensi terapeutik.
Identifikasi kemungkinan kambuh/ komplikasi jangka panjang.
Penyakit paru yang ada seperti PPOM berat dan keganasan dapat meningkatkan insiden kambuh.
Kaji ulang tanda/ gejala yang memerlukan evaluasi medic cepat, contoh nyeri dada tiba-tiba, dispnea, pernapasan lanjut.
Berulangnya pneumothorak/ hemotorak memerlukan intervensi medik untuk mencegah/ menurunkan potensial komplikasi.
Kaji ulang praktik kesehatan yang baik, contoh nutrisi baik, istirahat, latihan.
Mempertahankan kesehatan umum meningkatkan penyembuhan dan dapat mencegah kekambuhan.





Daftar Pustaka

Doenges, M.E. 2000. Rencana Asuhan keperawatan; Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC
Muttaqin, Arif.2008.AsuhanKeperawatan pada klien dangan gangguan system pernapasan. Jakarta:Salemba Medika
Sudoyo, Aru W. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid II Ed. IV. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia






Tidak ada komentar:

Posting Komentar