Senin, 10 Oktober 2011

AKTUALISASI DIRI DAN KESEHATAN

Oleh : Drs. Gurjaka Sukarmadijaya
Abraham Maslow, yang kita kenal dengan Teori Hierarki Kebutuhannya, mengatakan bahwa pemenuhan kebutuhan manusia secara bertahap bergerak dari tingkat yang paling rendah ke tingkat berikutnya.
·          Kebutuhan Fisiologis, Pada tingkat yang paling rendah, manusia akan memenuhi kebutuhannya yang paling primer dan mendasar seperti makan, minum, tidur.
·          Kebutuhan Akan Rasa Aman, Apabila kebutuhan primer dan mendasar sudah dirasakan terpenuhi, manusia cenderung untuk memenuhi kebutuhan berikutnya yaitu rasa aman. Dalam konteks pekerjaan, manusia bekerja karena ingin mempertahankan situasi kebutuhan fisologis. Guna menjaga, memelihara dan meningkatkan rasa amannya, manusia berusaha memenuhi kebutuhan lainnya seperti jaminan kesehatan, asuransi, jaminan hari tua.
·          Kebutuhan Sosial dan Afiliasi, Pada tingkat ini manusia mencari rasa senang dan bangga apabila ia berada di dalam suatu komunitas/kelompok tertentu. Dia akan mencari siapa yang kiranya sama baik status sosialnya maupun status di lingkungan kerjanya.
·          Kebutuhan Ego, Apabila sudah merasa diterima oleh komunitasnya, manusia ingin memenuhi kebutuhan pada tingkat yang lebih tinggi lagi yaitu kebutuhan ego. Disini manusia ingin diakui sebagai manusia yang mandiri, tidak hanya diterima sebagai anggota komunitas/kelompoknya. Kebutuhan ini berkaitan dengan kontribusi yang bersangkutan kepada komunitas/ kelompoknya, dan kenyataan bahwa ia diakui karena memiliki bakat atau keahlian khusus.
·          Kebutuhan Aktualisasi Diri, Merupakan kebutuhan tertinggi dari seorang manusia. Pada tingkat ini manusia berusaha melakukan aktivitas yang menantang. Mereka akan menggunakan segenap kemampuan, keterampilan dan potensinya secara maksimal untuk menaklukkan tantangan yang dihadapi. Mereka akan mengembangkan kompetensi dirinya, senantiasa meningkatkan kualitas diri dengan menggunakan pendekatan-pendekatan kreatif dan inovatif, yang akan memberikan kemajuan dan pertumbuhan diri sendiri.
        Idealnya setiap kebutuhan pada tingkatan rendah harus sudah terpenuhi terkebih dahulu, sebelum kebutuhan urutan berikutnya dianggap menjadi penting. Namun kepuasan sangatlah relatif sifatnya, berbeda derajatnya antara satu individu dengan individu lainnya pada waktu yang sama, yang akan membuat perbedaan perilaku yang bersangkutan. Pada hakikatnya, aktualisasi diri sangat tergantung kepada individu manusianya. Berbagai alasan maupun pertimbangan personal akan sangat mempengaruhi kadar aktualisasi diri. Alasan materi, tidak ada kesempatan atau merasa tidak diberi kesempatan, ketatnya prosedur birokrasi, lingkungan tidak kondusif serta rendahnya tingkat pengetahuan dan keahlian, membuat seseorang menjadi merasa tidak mampu, tidak berani, sungkan, ragu dan khawatir untuk mengaktualisasikan dirinya. Padahal di lain pihak, sesungguhnya para siswa menunggu ‘peran’ aktualisasi diri para pendidik. Masa depan murid tergantung kepada peran guru saat ini. Mereka adalah tanah liat yang bisa dibentuk dari hari ke hari. Konsep aktualisasi diri adalah realisasi dari kompetensi yang dimiliki seseorang. Seseorang bisa bebas berbicara, bebas bertindak, bebas membuat keputusan tertentu. Mereka juga bisa mengekspresikan dirinya, berfikir kreatif dan inovatif. Tentunya pemahaman aktualisasi diri dibatasi oleh norma, etika serta aturan tertulis maupun lisan, yang berlaku baik di masyarakat pada umumnya maupun di lingkungan dimana mereka bekerja.
Dimensi kompetensi yang perlu dimiliki oleh setiap individu untuk menunjang kemampuan mengaktualisasikan dirinya adalah: (a) Pengetahuan/Knowledge, Dia mengetahui apa yang harus dilakukan serta mengapa dilakukan. Di dunia pendidikan, seorang guru tentunya harus menguasai materi yang diajarkan kepada siswanya. Seorang guru harus senantiasa memperbaharui dan meningkatkan pengetahuannya, secara regular dan berkelanjutan. Di era global sekarang ini perubahan di berbagai aspek kehidupan, termasuk dunia pendidikan, berlangsung sangat dinamis. (b) Keahlian/Skill, Dia tahu bagaimana melakukannya. Seorang guru tahu bagaimana menyampaikan materi pelajaran dengan menarik. Guru harus mampu menciptakan suasana pembelajaran yang interaktif, inspiratif, dan menantang serta memotivasi para siswa sehingga siswa menikmati proses belajar yang terjadi. Guru harus mampu berkomunikasi dengan siswanya, tidak monoton, menggunakan bahasa tubuh secara efektif. Suatu penelitian mengungkapkan bawa keberhasilan berkomunikasi dihasilkan oleh 30% kemampuan berbicara dengan menarik dan 70% karena bahasa tubuh. Dalam hal ini tentunya proses belajar tidak kehilangan substansinya yaitu menyampaikan materi pelajaran kepada para siswa. (c) Sikap/Attitude, Dimensi kompetensi yang terpenting adalah apakah dia mampu dan mau berbagi pengetahuan dan keahliannya kepada orang lain. Bisa saja sesungguhnya dia memahami dan menguasai aspek pengetahuan yang dibutuhkan dalam proses belajar mengajar, namun dengan berbagai alasan personal mereka enggan berbagi pengetahuannya melalui keahlian yang dimilikinya. Atau sebaliknya, dia sesungguhnya mau berbagi pengetahuan, namun karena kurang memiliki keahlian maka pengetahuan yang dimilikinya tidak sampai secara efektif kepada para siswanya.
Terlepas dari seberapa kuat kadar pengetahuan/knowledge dan keahlian/skill seseorang, sesungguhnya kunci sukses kekuatan individu dipengaruhi oleh: 15% IQ (Intelligence Quotient) - kemampuan memanfaatkan akal/pikiran dan 85% EQ (Emotional Quotient) - kemampuan mengelola emosi. Komposisi kunci sukses diatas tidak diartikan bahwa seseorang tidak perlu meningkatkan pengetahuan dan keahliannya. Pengetahuan dan keahlian harus diperbaharui dan ditingkatkan setiap saat dan berkelanjutan agar mampu menghadapi tantangan proses pendidikan di masa-masa mendatang. Namun bagaimana kita membagi pengetahuan dan keahlian kepada para siswa sangatlah menentukan sejauh mana para siswa dapat menerima secara hakiki apa yang disampaikan oleh para gurunya. Penulis kutip kredo universal: Knowledge is power, but character is more (Pengetahuan adalah kekuatan, tapi karakter lebih dari kekuatan).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar