ASUHAN KEPERAWATAN
HEPATITIS
A. PENGERTIAN
Hepatitis virus akut adalah penyakit
infeksi yang penyebarannya luas, walaupun efek utamanya pada hati (Price &
Willson, 2006).
Hepatitis virus akut adalah penyakit
infeksi virus hepatotropik yang bersifat sistemik & akut (Mansjoer, dkk,
2000).
Hepatitis virus acut adalah penyakit
infeksi virus hepatotropik yang bersifat sistemik dan acut (Kapita Selekta
Kedokteran, 2000).
Hepatitis dapat didefinisikan
sebagai penyakit peradangan hati acut meskipun istilah hepatitis sering
digunakan dalam hubungamnya dengan hepatitis virus,penyakit ini dapat
disebabkan keadaan toksik pada hati,virus dan bakteri (Barbara C Long, 1996).
B. ETIOLOGI
Penyebab hepatitis adalah virus
hepatitis yang dibagi menjadi:
1.
Hepatitis A, disebabkan oleh virus hepatitis A (HAV)
yang merupakan virus RNA dari famili enterovirus yang berdiameter 27 nm.
2.
Hepatitis B, disebabkan oleh virus hepatitis B (HBV)
yang merupakan virus DNA yang berkulit ganda yang berukuran 42 nm.
3.
Hepatitis C, disebabkan oleh virus hepatitis C (HCV)
yang merupakan virus RNA kecil terbungkus lemak yang berdiameter sekitar 30
sampai 60 nm.
4.
Hepatitis D, disebabkan oleh virus hepatitis D (HDV)
yang merupakan virus RNA detektif yang membutuhkan kehadiran hepatitis B yang
berdiameter 35 nm.
5.
Hepatitis E, disebabkan oleh virus hepatitis E (HEV)
yang merupakan virus RNA rantai tunggal yang tidak berselubung dan berdiameter
kurang lebih 32 sampai 34 nm.
6.
Konsumsi alkohol yang berlebihan
7.
Reaksi atau efek samping dari obat-obatan, yaitu
pemberian dosis berlebihan, misalnya paracetamol, metylcostenon, aspirin,
insoniasid, oksifenosatin.
8.
Penyakit
autoimun hepar
Penyakit hepar yang disebabkan oleh
autoimun adalah hepatitis lupoid yang banyak ditemukan pada wanita. Hal ini
bisa diketahui melalui biopsy
hepar dan secara histologis ditandai dengan ditemukan gambaran hepatitis
aktif dengan plasma dan bentuk rossete sel hepar.
9.
Penyakit Wilson
Merupakan kelainan autosomal resesif
yang diturunkan. Dimana tembaga di hepar
dan ganglion basal di otak, timbunan
tembaga di hepar disebabkan hepatitis kronis.
C. KLASIFIKASI
1. Hepatitis A (Hepatitis
Infeksiosa)
a.
Penyebab : Virus hepatitis A (HAV).
b.
Tanda dan
gejala :
1) Dapat
terjadi dengan atau tanpa gejala : sakit mirip flu.
2) Fase
pra-ikterik : sakit kepala, malaise, patique, anoreksia, febris.
3) Fase ikterik
: Urine yang berwarna gelap, gejala ikterus pada sclera & kulit, nyeri
tekan pada hati.
2.
Hepatitis B (Hepatitis Serum)
a. Penyebab :
Virus Hepatitis B (HBV).
b. Tanda dan
gejala : Dapat terjadi tanpa gejala, dapat timbul antralgia ruam.
3. Hepatitis C
(Hepatitis non- A, non-Ba)
a. Penyebab :
Virus hepatitis C (HCV).
b. Tanda dan
gejala : Serupa dengan HBV, tidak begitu
berat & anikterik.
4. Hepatitis D
a. Penyebab :
Virus hepatitis D.
b. Tanda &
gejala : Serupa dengan HBV.
5. Hepatitis E
a. Penyebab :
virus hepatitis E (HEV).
b. Tanda & gejala
: Serupa dengan HAV, kecuali sangat berat pada wanita hamil.
D. PATOFISIOLOGI
Inflamasi yang menyebar pada hepar
(hepatitis) dapat disebabkan oleh infeksi virus dan oleh reaksi toksik terhadap
obat-obatan dan bahan-bahan kimia. Unit fungsional dasar dari hepar disebut
lobul dan unit ini unik karena memiliki suplai darah sendiri. Sering dengan
berkembangnya inflamasi pada hepar, pola normal pada hepar terganggu. Gangguan
terhadap suplai darah normal pada sel-sel hepar ini menyebabkan nekrosis dan
kerusakan sel-sel hepar. Setelah lewat masanya, sel-sel hepar yang menjadi
rusak dibuang dari tubuh oleh respon sistem imun dan digantikan oleh sel-sel
hepar baru yang sehat. Oleh
karenanya, sebagian besar klien yang mengalami hepatitis sembuh dengan fungsi
hepar normal.
Inflamasi pada
hepar karena invasi virus akan menyebabkan peningkatan suhu badan dan
peregangan kapsula hati yang memicu timbulnya perasaan tidak nyaman pada perut
kuadran kanan atas. Hal ini
dimanifestasikan dengan adanya rasa mual dan nyeri di ulu hati.
Timbulnya
ikterus karena kerusakan sel parenkim hati. Walaupun jumlah billirubin yang
belum mengalami konjugasi masuk ke dalam hati tetap normal, tetapi karena
adanya kerusakan sel hati dan duktuli empedu intrahepatik, maka terjadi
kesukaran pengangkutan billirubin tersebut didalam hati. Selain itu juga
terjadi kesulitan dalam hal konjugasi. Akibatnya billirubin tidak sempurna
dikeluarkan melalui duktus hepatikus, karena terjadi retensi (akibat kerusakan
sel ekskresi) dan regurgitasi pada duktuli, empedu belum mengalami konjugasi
(bilirubin indirek), maupun bilirubin yang sudah mengalami konjugasi (bilirubin
direk). Jadi ikterus yang timbul disini terutama disebabkan karena kesukaran
dalam pengangkutan, konjugasi dan eksresi bilirubin.
Tinja
mengandung sedikit sterkobilin oleh karena itu tinja tampak pucat (abolis).
Karena bilirubin konjugasi larut dalam air, maka bilirubin dapat dieksresi ke
dalam kemih, sehingga menimbulkan bilirubin urine dan kemih berwarna gelap.
Peningkatan kadar bilirubin terkonjugasi dapat disertai peningkatan garam-garam
empedu dalam darah yang akan menimbulkan gatal-gatal pada ikterus.
E. MANIFESTASI KLINIK
Menurut Price dan Wilson (1995) manifestasi klinik hepatitis ada 2 fase
yaitu fase prodormal dan ikterus. Gejala
prodormal atau gejala awal timbulnya penyakit hepatitis dapat berlangsung
selama satu minggu atau lebih sebelum timbul ikterus (meskipun tidak semua
penyakit hepatitis mengalami ikterus).
Gambaran utama pada masa ini adalah malaise, rasa malas, anoreksia,
sakit kepala demam derajat rendah, dan hilangnya nafsu makan. Manifestasi ekstra hepatik dan hepatitis
virus dapat menyerupai sindrom penyakit serfum, dan dapat disebabkan oleh
kompleks imun yang beredar dalam sirkulasi.
Disamping itu dapat pula timbul perasaan tidak nyaman di kuadran kanan atas, yang biasanya dihubungkan dengan
peregangan kapsula hati.
Setelah fase prodomal berlanjut ke
fase ikterus dan awitan ikterus. Fase
ini biasanya berlangsung 4-6 minggu. Selama fase ini, biasanya penderita merasa
lebih sehat. Nafsu makan kembali dan demam mereda, sementara kemih menjadi lebih gelap dan feses memucat.
Fase ikterus dikaitkan dengan
hiperbilirubinemia, baik fraksi terkonjugasi maupun tidak terkonjugasi yang
biasanya kurang dari 10mg/100ml. Kadar fosfatase akali serum biasanya normal
atau sedikit meningkat. Leukositosis
ringan lazim ditemukan pada hepatitis virus, waktu protrombin dapat memanjang.
Pada kasus yang yang tidak
berkomplikasi, penyembuhan dimulai 1 atau 2 minggu setelah awitan ikterus, dan
berlangsung 2-6 minggu. Mudah lelah
merupakan keluhan yang sering diajukan.
Feses dengan cepat memperoleh warnanya kembali. Ikterus berkurang dan warna kemih menjadi lebih
muda. Bila ada splenomegali, maka akan
segera mengecil. Tetapi hepatomegali baru akan kembali normal setelah beberapa
minggu kemudian. Temuan laboratorium dan hasil tes fungsi hati yang abnormal
dapat selama 3 hingga 6 bulan.
Sedangkan manifestasi klinik
hepatitis menurut Mansjoer (2000) dibagi
menjadi stadium pra ikterus, stadium ikterus, stadium pasca ikherik, yaitu :
1.
Stadium pra ikterus
Berlangsung selam 4 hingga 7 hari,
pasien biasanya mengeluh sakit kepala, lemah, anoreksia, mual, muntah, demam,
nyeri perut kanan atas, urin menjadi coklat.
2.
Stadium ikterus
Berlangsung 3 hingga 6 minggu. Ikterus mula-mula terluhat pada sklera,
kemudian pada kulit seluruh tubuh.
Keluhan dapat berkurang akan tetapi
pasien masih merasa lemah, anoreksia dan muntah. Tinja mungkin berwarna kelabu dan kuning
muda. Hati membesar dan nyeri tekan.
3.
Stadium pasca ikterus (rekonvalensi)
Ikterus mereda, warna urin tinja menjadi normal lagi. Penyembuhan pada anak-anak lebih cepat dari
orang dewasa, yaitu pada akhir bulan
kedua, karena penyebab yang biasanya berbeda.
F.
PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan pada
klien dengan hepatitis dapat dilakukan dengan istirahat, diet, dan pengobatan
medikamentosa.
1.
Istirahat. Pada periode akut dan
keadaan lemah klien harus banyak istirahat karena dapat mempercepat proses
penyembuhan.
2.
Diet. Jika pasien mual, napsu makan
menurun atau muntah-muntah, sebaiknya diberikan infus. Jika tidak dapat
diberikan makanan yang mengandung cukup kalori (30-35 kal/kg BB) dengan protein
cukup (1 g/kg BB).
3.
Medikameentosa. Obat-obat yang
dapat diberikan adalah: Kortikosteroid, dapat diberikan pada kolestasis yang
berkepanjanganØ
dimana transminase serum telah kembali normal. Pada keadaan ini dapat diberikan
prednison 3 x 10 mg selama 7 hari.
4.
Vitamin K diberikan bila ada
perdarahan.
5.
Berikan obat-obat yang bersifat
melindungi hati.
6.
Golongan Antibiotik.
G. KOMPLIKASI
1. Hepatitis
Fulminan
yaitu suatu sindrom
klinis akibat nekrosis masif sel-sel hati, sehingga terjadi gagal hati yang
berat secara mendadak. Keadaan ini ditandai dengan ensefalopati yang progresif,
hati menciut, bilirubin meningkat cepat, waktu pembekuan memanjang dan koma
hepatikum
2. Hepatitis
kronik persisten
yaitu perjalanan
penyakit yang mermanjang 4 – 8 bulan. Terjadi pada 5-10% pasien. Meskipun
terlambat pasien-pasien hepatitis kronis persisten akan selalu sembuh kembali
3. Hepatitis
relaps
yaitu kekambuhan
setelah serangan awal akibat minum alkohol atau aktivitas fisik berlebih.
Ikterik biasanya tidak terlalu nyata. Tirah baring akan segera diikuti
kesembuhan.
4. Hepatitis
kronik aktif (hepatitis agresif)
Kerusakan hati permanen
berlanjut menjadi sirosis. Terapi kortikosteroid dapat memperlambat perluasan
cedera hati tapi prognosis tetap buruk. Kematian biasanya terjadi dalam 5
tahun.
5. Kanker
hati (karsinoma hepato seluler)
Merupakan komplikasi
lanjut yang cukup bermakna. Penyebab utamanya adalah infeksi HBV kronik
dan sirosis
H. PENGKAJIAN FOKUS
1. Demografi,
meliputi:
a. Nama
pasien
b. Umur
c. Jenis
kelamin
d. Suku
bangsa
e. Pekerjaan
f. Pendidikan
g. Alamat
2.
Riwayat Penyakit
a.
Riwayat Kesehatan Sekarang
Biasanya ditandai
dengan fatique (lemah) malaise, perut membesar kembuang mual, muntah nafsu
makan menurun konstipasi diare / BB menurun.
Biasanya ada perubahan pada air seni.
Biasanya ada perubahan pada air seni.
b.
Riwayat Kesehatan Dahulu.
Adanya faktor keturunan
pernah atau tidak sakit hepatitis, sakit jantung, minum alkohol, dll
c.
Riwayat Penyakit Sekarang.
Adanya faktor keturunan
/ riwayat keturunan dan salah satu anggota keluarganya yang terkena hepatitis.
3.
Pengkajian pola fungsi kesehatan
a.
Pola persepsi dan tata laksana hidup
sehat.
Bagaimana persepsi
Klien tentang tata laksana hidup sehat.
b.
Pola nutrisi dan metabolik.
Pada hepatitis mengeluh
nafsu makan menurun, mual, muntah.
c. Pola
eliminasi.
Eleminasi alvi : sukar
BAB, diare.
Eleminasi urine : warna
urine lebih kuning teh kecoklatan seperti teh (gelap).
d. Pola
istirahat tidur.
Pola istirahat periode
akut dengan keadaan lemah, bangun tidur kepala sering pusing tidur nyenyak
karena merasa mual, dan muntah.
e. Pola
aktivitas dan latihan.
Badan terasa lemah, letih,
dan kemampuan kerja menurun, hal ini disebabkan karena kurang tersedianya
tenaga atau kalori dalamtubuh sebagai akibat adanya gangguan metabolisme.
f. Pola
persepsi dan konsep diri.
Pengaruh status
kesehatan seperti mempengaruhi persepsi hidup sehat dan pengetahuan tentang
keperawatan diri biasanya hygiene yang kurang, sedih, marah, dan depresi
g. Pola
sensori dan kognitif.
Sensori : merasa nyari
terutama pada perut sebelah kanan atas.
Kognetif : proses
berfikir.
h. Pola
produksi seksual.
Pola hubungan sexsualitasnya
merasa ada gangguan mentruasi atau haid sedang pada laki-laki ada pengerutan
testis.
i. Pola
hubungan dan peran.
Terjadinya perubahan
peran yang dapat menggangu hubungan interpersonal yaitu Px merasa tidak
berguna, menarik diri.
j. Pola
tata nilai dan kepercayaan.
Biasanya pada Px
hepatitis timbul stress dalam spritual serta kebiasaan ibadahnya.
4.
Pemeriksaan Fisik
a.
Pemeriksaan Kepala dan Leher
Pada umumnya pada
penyakit hepatitis adalah pada rambut mengalami kerontokan kepala tidak dapat
benjolan dan mata terdapat ikterus serta konnjungtivanemis, sklera ikterus,
konjungtiva anemis.
b.
Sistem Respirasi
Anatomi dada / thorak
biasanya pada penyakit hepatitis terdapat spindernerviretruris otot, pernafasan
+ gerakan dada dan perut tidak seirama sesak nafas, pernafasan dangkal,
pernafasan cuping hidung.
c.
Sistem Cardiovakuler
Pada penyakit hepatitis
biasanya ditemukan peningkatan nadi dan tensi darah meningkat.
d.
Sistem Gastro Internal
Pada umumnya penyakit
hepatitis di temukan adanya autes, hati bisa mengecil atau membesar dan kaput
mendora, nyeri tekan perut atas kanan, muntah berwarna hitam diare kecoklatan
sampai hitam, acites, bisisng usus menurun.
e.
Sistem Gastro Urinaria
Pada Penyakit hepatitis
biasanya di temukan etropi testis penurunan lobido 9x haid pada wanita, warna
urin lebih kuning tua / kecoklatan.
f.
Sistem Muskulus
Adanya edema pada
tuingkai, kelemahan gerak.
g.
Sistem Endokrin
Pada penyakit hepatitis
tidak ada pembesaran kelenjar thiroid.
5.
Pemeriksaan Penunjang
a.
Tes fungsi hati
Bertujuan untuk mengkaji keadaan penyakit hati
dan untuk membedakan antara hepatitis virus dan non
virus. Menunjukkan abnormal bila
mencapai 4-10 kali dari normal.
b.
SGOT/SGPT
Bertujuan untuk mengetahui adanya kerusakan sel hati.
Pada penderita hepatitis, awalnya akan terjadi peningkatan jumlah
dan dapat meningkat 1-2 minggu sebelum
ikterus kemudian menurun.
c.
Leukopenia
Bertujuan untuk mengetahui jumlah leukosit di dalam
darah. Mungkin juga ditemukan adanya trombositopenia dan splenomegali.
d.
Diferensial darah lengkap
Untuk mengungkapkan banyak hal mengenai penyakit
hati maka perlu dilakukan pemeriksaan
darah lengkap. Antara lain di temukan
leukositosis, monositosis, limfosit antifikal dan sel plasma.
e.
Feses
Pemeriksaan ini untuk membantu diagnosis diferensial
ikterus. Biasanya ditemukan warna feses tanah liat dan steatorrhea yaitu jumlah
lemak yang berlebihan yang menunjukan adanya penurunan fungsi hati.
f.
Albumin serum
g.
Merupakan radio farmasetikal yang digunakan dalam
penentuan kumpulan darah dan volume plasma.
Serta berfungsi untuk menilai fungsi hati. Pada penderita hepatitis terjadi penurunan.
h.
Gula darah
Karena hati juga berperan dalam mengatur kestabilan
kadar gula darah maka perlu dilakukan pengukuran gula darah. Pada penderita ditemukan hiperglikemi
transien atau hipoglikemia, meunjukkan terjadinya gangguan fungsi hati.
i.
HbsAg
Dilakukan untuk menentukan adanya virus hepatitis B di
dalam darah baik dalam kondisi aktif ataupun sebagai carrier. Hasilnya dapat positif (tipe B) atau negatif
(tipe A).
j.
Urinalisa
Untuk mengetahui apakah produk empedu masih ada dan
apakah empedu sampai ke usus. Biasanya terjadi peningkatan kadar bilirubin dan
protein.
I.
PATHWAYS
KEPERAWATAN
Terlampir
J.
DIAGNOSA
Beberapa
masalah keperawatan yang mungkin muncul pada penderita hepatitis :
1.
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan, perasaan tidak nyaman di kuadran kanan atas, gangguan
absorbsi dan metabolisme pencernaan makanan, kegagalan masukan untuk memenuhi
kebutuhan metabolik karena anoreksia, mual dan muntah.
2.
Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan
dengan pembengkakan hepar yang mengalami inflamasi hati dan bendungan vena
porta.
3. Hypertermi
berhubungan dengan invasi agent dalam sirkulasi darah sekunder terhadap
inflamasi hepar
4. Keletihan
berhubungan dengan proses inflamasi kronis sekunder terhadap hepatitis
5. Resiko
tinggi kerusakan integritas kulit dan jaringan berhubungan dengan pruritus
sekunder terhadap akumulasi pigmen bilirubin dalam garam empedu
K. INTERVENSI
1. Perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan, perasaan tidak
nyaman di kuadran kanan atas, gangguan absorbsi dan metabolisme pencernaan
makanan, kegagalan masukan untuk memenuhi kebutuhan metabolik karena anoreksia,
mual dan muntah.
Hasil
yang diharapkan : Menunjukkan peningkatan berat badan
mencapai tujuan dengan nilai laboratorium normal dan bebas dari tanda-tanda mal
nutrisi.
a. Ajarkan
dan bantu klien untuk istirahat sebelum makan
R/ keletihan
berlanjut menurunkan keinginan untuk makan
b. Awasi
pemasukan diet/jumlah kalori, tawarkan makan sedikit tapi sering dan tawarkan
pagi paling sering
R/ adanya pembesaran hepar dapat menekan saluran
gastro intestinal dan menurunkan kapasitasnya.
c. Pertahankan
hygiene mulut yang baik sebelum makan dan sesudah makan
R/ akumulasi partikel makanan di mulut dapat
menambah baru dan rasa tak sedap yang menurunkan nafsu makan.
d. Anjurkan
makan pada posisi duduk tegak
R/ menurunkan rasa penuh pada abdomen
dan dapat meningkatkan pemasukan
e. Berikan
diit tinggi kalori, rendah lemak
R/ glukosa dalam karbohidrat cukup efektif untuk
pemenuhan energi, sedangkan lemak sulit untuk diserap/dimetabolisme sehingga
akan membebani hepar.
2. Gangguan rasa nyaman (nyeri)
berhubungan dengan pembengkakan hepar yang mengalami inflamasi hati dan
bendungan vena porta.
Hasil
yang diharapkan :
Menunjukkan tanda-tanda nyeri fisik dan
perilaku dalam nyeri (tidak meringis kesakitan, menangis intensitas dan
lokasinya)
a.
Kolaborasi dengan individu untuk
menentukan metode yang dapat digunakan untuk intensitas nyeri
R/ nyeri yang berhubungan
dengan hepatitis sangat tidak nyaman, oleh karena terdapat peregangan secara
kapsula hati, melalui pendekatan kepada individu yang mengalami perubahan
kenyamanan nyeri diharapkan lebih efektif mengurangi nyeri.
b.
Tunjukkan pada klien penerimaan tentang
respon klien terhadap nyeri
-
Akui adanya nyeri
-
Dengarkan dengan penuh perhatian
ungkapan klien tentang nyerinya
R/ klienlah yang harus
mencoba meyakinkan pemberi pelayanan kesehatan bahwa ia mengalami nyeri
c.
Berikan informasi akurat dan
-
Jelaskan penyebab nyeri
-
Tunjukkan berapa lama nyeri akan
berakhir, bila diketahui
R/ klien yang disiapkan
untuk mengalami nyeri melalui penjelasan nyeri yang sesungguhnya akan dirasakan
(cenderung lebih tenang dibanding klien yang penjelasan kurang/tidak terdapat penjelasan)
d. Bahas
dengan dokter penggunaan analgetik yang tak mengandung efek hepatotoksi
R/ kemungkinan nyeri
sudah tak bisa dibatasi dengan teknik untuk mengurangi nyeri.
3. Hypertermi
berhubungan dengan invasi agent dalam sirkulasi darah sekunder terhadap
inflamasi hepar.
Hasil
yang diharapkan :
Tidak terjadi peningkatan suhu
a. Monitor
tanda vital : suhu badan
R/ sebagai indikator untuk mengetahui
status hypertermi
b. Ajarkan
klien pentingnya mempertahankan cairan yang adekuat (sedikitnya 2000 l/hari)
untuk mencegah dehidrasi, misalnya sari buah 2,5-3 liter/hari.
R/ dalam kondisi demam terjadi peningkatan
evaporasi yang memicu timbulnya dehidrasi
c. Berikan
kompres hangat pada lipatan ketiak dan femur
R/ menghambat pusat
simpatis di hipotalamus sehingga terjadi vasodilatasi kulit dengan merangsang
kelenjar keringat untuk mengurangi panas tubuh melalui penguapan
d. Anjurkan
klien untuk memakai pakaian yang menyerap keringat
R/ kondisi kulit yang mengalami lembab memicu
timbulnya pertumbuhan jamur. Juga akan mengurangi kenyamanan klien, mencegah
timbulnya ruam kulit.
4. Keletihan
berhubungan dengan proses inflamasi kronis sekunder terhadap hepatitis
a. Jelaskan
sebab-sebab keletihan individu
R/ dengan penjelasan
sebab-sebab keletihan maka keadaan klien cenderung lebih tenang
b. Sarankan
klien untuk tirah baring
R/ tirah baring akan meminimalkan energi yang
dikeluarkan sehingga metabolisme dapat digunakan untuk penyembuhan penyakit.
c. Bantu
individu untuk mengidentifikasi kekuatan-kekuatan, kemampuan-kemampuan dan minat-minat
R/ memungkinkan klien
dapat memprioritaskan kegiatan-kegiatan yang sangat penting dan meminimalkan
pengeluaran energi untuk kegiatan yang kurang penting
d. Analisa
bersama-sama tingkat keletihan selama 24 jam meliputi waktu puncak energi,
waktu kelelahan, aktivitas yang berhubungan dengan keletihan
R/ keletihan dapat
segera diminimalkan dengan mengurangi kegiatan yang dapat menimbulkan keletihan
e. Bantu
untuk belajar tentang keterampilan koping yang efektif (bersikap asertif,
teknik relaksasi)
R/ untuk mengurangi keletihan baik fisik
maupun psikologis
5. Resiko tinggi kerusakan integritas
kulit dan jaringan berhubungan dengan pruritus sekunder
terhadap akumulasi pigmen bilirubin dalam garam empedu
Hasil
yang diharapkan :
Jaringan kulit utuh, penurunan pruritus.
a. Pertahankan
kebersihan tanpa menyebabkan kulit kering
-
Sering mandi dengan menggunakan air
dingin dan sabun ringan (kadtril, lanolin)
-
Keringkan kulit, jaringan digosok
R/ kekeringan
meningkatkan sensitifitas kulit dengan merangsang ujung syaraf
b. Cegah
penghangatan yang berlebihan dengan pertahankan suhu ruangan dingin dan
kelembaban rendah, hindari pakaian terlalu tebal
R/ penghangatan yang berlebih menambah pruritus
dengan meningkatkan sensitivitas melalui vasodilatasi
c. Anjurkan
tidak menggaruk, instruksikan klien untuk memberikan tekanan kuat pada area
pruritus untuk tujuan menggaruk
R/ penggantian merangsang pelepasan hidtamin,
menghasilkan lebih banyak pruritus
d. Pertahankan
kelembaban ruangan pada 30%-40% dan dingin
R/ pendinginan akan menurunkan vasodilatasi dan
kelembaban kekeringa
DAFTAR PUSTAKA
Doenges,
Marilynn E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan; Pedoman Untuk Perencanaan
dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. EGC. Jakarta.
Mansjoer,
Arif, dkk. (2000). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta:Media Aesculapius.
Noer,
Sjaifoellah, dkk. (1996). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta:Balai
Penerbit FKUI.
Long, C. Barbara. (1996). Perawatan
Medical Bedah (edisi III). Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan
Padjajaran.
Price Silvia A, Wilson Larraine M. (1994). Patofisiologi Edisi 4. Jakarta:EGC.
Soeparman. (1993). Ilmu
Penyakit Dalam (Edisi 3). Jakarta: Fakultas KUI.
Smeltzer, S.C & Bare, B.G. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner
& Suddarth Edisi 8 Vol 2.Jakarta:
EGC